TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebelum berangkat ke Belanda, April lalu, Gerda Leliana Lahenda (82), sempat berbicara kepada pembantu rumah tangganya, Rikem (52). Gerda yang akrab disapa Oma merasa kepergiannya ke Belanda saat itu adalah untuk yang terakhir kali.
Hal yang sama dikatakan Oma kepada Andre (40), sopir keluarganya. Oma Gerda beralasan, umurnya sudah semakin tua sehingga tak kuat berpergian jauh.
Alasan Oma Gerda ada benarnya. Karena itu, Rikem dan Andre tak menganggapnya sebagai firasat bahwa Oma akan pergi untuk selamanya.
Perasaan aneh justru dirasakan Rikem pada Jumat (18/7) pagi saat ia pergi ke masjid di dekat rumah Oma Gerda di Jalan Gedung Pinang Blok PK14 nomor 24, Pondok Indah, Jakarta Selatan.
"Waktu saya jalan kaki mau salat ke masjid dekat sini, tiba-tiba badan saya terguncang, seperti linglung dan kaki saya seperti nggak napak ke tanah. Begitu saya balik ke rumah, Bu Anetta (cucu Gerda Lahenda) bilang kalau pesawat Oma jatuh. Saya langsung kaget dan lemes," ujar Rikem saat berbincang Jumat malam.
Oma Gerda Leliana Lahenda merupakan salah satu korban pesawat Malaysia Airlines yang diduga tertembak rudal milisi pro-Rusia di wilayah Ukraina, Kamis (17/7) sore waktu setempat atau Kamis malam waktu Indonesia. Seluruh penumpang dan awak pesawat tersebut meninggal dunia.
"Sebelum berangkat ke Belanda, Oma bilang ke saya, 'Mungkin ini yang terakhir saya ke Belanda'. Saya tanya kenapa? Oma bilang, 'Sekarang saya sudah tua, nggak mungkin nanti bisa pergi lagi karena sudah nggak kuat, sudah tua.' Padahal, saya bilang, mudah-mudahan nanti bisa pergi ke Belanda lagi," ujar Rikem.
Rikem dan Oma Gerda kerap ngobrol tentang berbagai hal. "Saya pernah tanya, apa Oma tidak takut naik pesawat? Oma jawab, 'Kalau orang sudah waktunya meninggal, Tuhan bisa kapan saja memanggil orang itu. Orang jalan kaki aja bisa tiba-tiba diambil Tuhan'," katanya.
Tiga hari sebelum Oma Gerda berangkat dari Amsterdam, ia menelepon anak-anaknya dan mengabarkan rencana kedatangannya. Ketika Rikem tahu Oma akan pulang, ia segera membersihkan kolam ikan.
Menurut Rikem, Oma menyayangi kolam ikan itu dan sangat memperhatikan kebersihannya. Sayang, meski kolam ikan sudah dikuras, ternyata orang yang ditunggu tak kunjung datang.
Rikem mengaku, ia dan Oma Gerda sangat dekat. "Oma itu orangnya baik banget. Ngomongnya halus meski ke pembantu seperti saya ini. Jadi, selama 17 tahun aku ikut sama Oma dan ibu (Anetta), saya belum pernah dimarahi ataupun dibentak oleh Oma. Mereka sudah seperti keluarga saya sendiri, mereka keluarga baik," ujarnya.
Sejak mendapat kabar buruk tentang Oma, Rikem kerap menangis di sela-sela menyelesaikan pekerjaannya. Ia sangat kehilangan Oma Gerda. "Kalau tidak ada orang, saya suka menangis sendiri, saya teringat sama Oma, ingat semuanya, ingat waktu saya mengobrol atau saat mengecek Oma sudah bangun tidur atau belum. Kalau ingat saat masih ada Oma, saya..," ucap Rikem sembari meneteskan air mata.
"Doa saya, semoga Oma diterima di sisi Allah, semoga masuk surga," ujar wanita asal Wonogiri itu.
Gerda Leliana Lahenda adalah warga negara Indonesia yang bersuamikan seorang pria Belanda. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai dua anak yakni Debby Lahenda dan Andy Lahenda.
Pasangan Lahenda rutin mengunjungi kerabatnya di Belanda. Setelah sang suami meninggal dunia pada tahun 2002, Gerda kerap pergi ke Belanda seorang diri.