Laporan Wartawan Tribunnews.com, Y Gustaman
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sepak terjang Organisasi Islamic State of Iraq and Syria dinilai bertentangan dengan semangat NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) yang mengakomodir perbedaan agama, suku dan etnis.
Gerakan transnasional yang bertujuan mendirikan kekhilafahan di Jazirah Arab dan Islam, cara teror yang digunakan ISIS bertentangan dengan syariat Islam. Karena Nabi Muhammad Saw berjuang dengan akhlak mulia dan negara Madinah yang didirikannya.
"Pemerintah harus mewaspadai gerakan newterorism ini," ujar Sekretaris Pascasarjana Pusat Studi Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia Cholil Nafis dalam pesan pendeknya kepada Tribunnews.com di Jakarta, Senin (4/7/2014).
Kendati begitu, Pemerintah jangan berlebihan menyikapinya, sehingga menuduh organisasi Islam berlebihan. Pemerintah dan masyarakat perlu bersatu menghadapi isu dan gerakan yang mengancam NKRI, dengan memantapkan nilai-nilai Pancasila.
Terpisah, Kapolri Jenderal Sutarman mengatakan Warga Negara Indonesia yang muncul di YouTube dan mengajak kaum Muslim di Indonesia untuk bergabung dalam ISIS merupakan buron Polri. Pria yang mengenakan ikat kepala hitam itu berinisial B.
Pria tersebut masih terkait kelompok terorisme pimpinan Santoso alias Abu Wardah. "Selama ini (B, red) masuk DPO (daftar pencarian orang) kita. Ada kaitannya dengan kelompok Santoso, ada juga kaitannya dengan kelompok timur," ujar Sutarman.
Setelah munculnya video tersebut, Polri melihat adanya gerakan perekrutan anggota oleh ISIS di Indonesia. Sutarman memastikan aparat keamanan akan menindak pergerakan ISIS di Indonesia yang berpotensi meresahkan masyarakat.
Sutarman menambahkan, Polri sudah mengidentifikasi 56 WNI yang berangkat ke Suriah. Pihaknya menduga, keberangkatan mereka untuk bergabung dalam ISIS. Dari 56 orang itu, tiga orang di antaranya sudah meninggal dunia.