Tribunnews.com, Jakarta - Politisi senior Partai Golkar Zainal Bintang mengatakan, partainya sedang menghadapi masalah besar. Masalah itu berkaitan dengan rendahnya kualitas kepemimpinan di internal Partai Golkar.
Menurut Zainal, di era-era sebelumnya, pimpinan Partai Golkar selalu memenuhi standar yang ditetapkan. Standar tersebut di antaranya, berasal kalangan politisi Golkar dikenal dengan PDLT, memiliki prestasi, dedikasi, loyalitas, dan tidak tercela.
"Standar itu yang sekarang hilang di Golkar," kata Bintang, di Jakarta Selatan, Rabu (13/8/2014) malam.
Selain kehilangan standar, kata Zainal, Golkar juga berhadapan dengan masalah pragmatisme dan transaksional politik. Ia berharap, masalah-masalah itu segera disadari oleh seluruh kader agar tak terus menggerogoti dan memecah belah Golkar.
Zainal mengatakan, Golkar perlu dipimpin oleh figur yang memiliki daya juang dan idealisme tinggi agar mampu memperjuangkan kepentingan partai dan masyarakat umum. Di kancah nasional, lanjutnya, Ketua Umum DPP Partai Golkar selanjutnya harus sederhana, tetapi tegas dan memiliki visi kerakyatan.
"Kalau semuanya dipenuhi oleh calon (ketua umum) oleh munas nanti, maka Golkar akan lebih baik," ujarnya.
Ketua Umum DPP Golkar Aburizal Bakrie telah memasuki penghujung masa jabatannya. Pengganti Aburizal akan ditentukan dalam musyawarah nasional Partai Golkar. Waktu penyelenggaraan munas tersebut masih menuai perdebatan di internal Golkar.
Tokoh Golkar dari lintas generasi mendesak munas harus digelar paling lambat 4 Oktober 2014 sesuai dengan AD-ART partai. Tetapi, kubu Aburizal bersikukuh baru akan menggelar munas sesuai dengan rekomendasi Munas 2009, yakni paling lambat April 2015.
Sejumlah nama tokoh senior Golkar mulai mencuat sebagai calon Ketua Umum Golkar, di antaranya Agung Laksono dan MS Hidayat.