TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden terpilih Joko Widodo mengatakan bahwa menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) merupan jalan satu satunya untuk menekan defisit anggaran. Subsidi yang terlalu besar menjadi alasan mengapa harga 'emas hitam' tersebut harus dinaikkan.
“Sudah bolak balik saya sampaikan bahwa untuk menekan defisit anggaran di tahun 2015 itu memang jalan satu-satunya disitu, kamu harus mengerti dong subsidi BBM itu gede banget 400 triliun, bahkan 433 yang untuk tahun depan,” ujar Jokowi usai bersilaturahmi dengan ratusan tokoh dan kiai Nahdatul Ulama di Pondok Pesantren Al-Hikam, Depok, Jawa Barat, Sabtu (30/8/2014).
Namun, Jokowi yang resmi akan didapuk sebagai presiden Indonesia pada Oktober nanti mengatakan belum mengkalkulasikan berapa besaran kenaikan yang ideal. Jokowi mengatakan akan mengkalkulasikannya setelah resmi dilantik.
“Masih dikalkulasi yang jelas kita harus memulai mengalihkan, mengalihkan loh hati hati. Mengalihkan subsidi dari yang dibakar dan kenikmatan tersebut dialihkan kepada usaha yang lebih produktif. Kalau saya sampaikan idealnya kan enggak etis, kewenangan saya nanti setelah dilantik, " ujar Jokowi.
Jokowi mengatakan apabila tidak dinaikkan maka besarnya subsidi akan menghambat percepatan pembangunan karena alokasi anggaran yang tidak tepat serta mengganggu aliran kas negara.
“Ya nanti cash flownya terganggu,” ujar Jokowi.