Masyarakat sipil dapat diberdayakan pada aspek pencegahan sehingga KPK dapat fokus menangani kasus-kasus korupsi berskala besar.
Lebih dari sekadar menangkap para koruptor, KPK juga harus dapat menciptakan sistem antikorupsi yang melibatkan masyarakat sampai ke tingkat yang kecil seperti komunitas dan keluarga. Ahmad mengambil contoh kasus yang menjerat mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jero Wacik. Menurutnya, Jero terjebak dalam sebuah sistem yang memaksanya melakukan tindakan yang tergolong sebagai tindak pidana korupsi.
Ahmad menduga, ada pihak yang lebih berkuasa yang mengarahkan tindakan Jero Wacik.
"Bisa jadi mereka adalah mafia, yang di bawah-bawah itu hanya korban. Sebetulnya, Jero Wacik menjadi tersangka karena menjadi korban sebuah sistem. Dia terjebak dalam sebuah sistem," katanya.
Menurut Ahmad, kebebasan pers berperan penting pada pemberantasan korupsi karena kebebasan pers sejalan dengan prinsip transparansi. "Korupsi berawal dari kegelapan, karena itu transparansi menjadi bagian penting," katanya. Ahmad mengapresiasi kebebasan pers Indonesia yang berkembang ke arah yang lebih baik dan mampu menjadi watch dog.
Ahmad merasa mampu menjadi komisioner KPK.
Kemampuannya di bidang jurnalisme investigasi dan pengetahuannya di bidang hukum, jadi modal utama untuk masuk di lingkaran utama KPK. Ahmad sangat menekankan integritas. Dari pengalaman sebagai jurnalis, kata Ahmad, kepercayaan bisa membantu menyelesaikan berbagai persoalan.
Ahmad merasa bisa menembus tiga besar bersama dua kandidat lainnya yakni Busyro Muqoddas dan I Wayan Sudirta. Namun Ahmad merasa usianya yang lebih muda dibanding Wayan dan Busyro bisa menjadi keunggulan. "Saya lebih muda dari mereka. Mumpung pemerintah mendatang punya semangat baru, kalau saya masuk KPK punya darah baru," katanya.
Revolusi mental yang digaungkan Jokowi-JK, kata Ahmad, cocok dengan semangat revolusi memberantas korupsi. Ahmad ingin semangat Jokowi-JK dan semangat pemberantasan korupsi bisa menyatu. KPK, ujar Ahmad, sudah membuka mata masyarakat Indonesia tentang korupsi. Namun ia prihatin jumlah penyidik KPK masih terlalu sedikit.
"Harapan saya masyarakat medukung gerakan masif mencegah korupsi. Masyarakat berperan penting karena korupsi adalah kejahatan terstruktur, sistematis, dan masif. Karena itu, perlawanannya juga mesti begitu. Kalau tidak, berapa pun biaya yang dikeluarkan, uang habis tersedot ke lubang hitam sementara hasilnya tidak ada," papar Ahmad.
Seandainya terpilih menjadi komisioner KPK, Ahmad berjanji, dalam waktu enam bulan ia akan membantu KPK membangun sistem yang sangat bersih sehingga KPK menjadi semakin transparan.
Bagi KPK, penting juga untuk terus menggandeng lembaga-lembaga lain seperti Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan Bank Indonesia. Kerja sama itu akan membuat KPK bisa fokus kepada kasus korupsi kelas kakap.
Ahmad kerap menuangkan pemikiran-pemikiran tentang pemberantasan korupsi dalam bentuk tulisan. Naskah-naskah tersebut juga menjadi bahan diskusi bersama teman-temannya. Ahmad pun menyadari, daya tahan tubuh yang prima diperlukan untuk melewati masa-masa seleksi komisioner KPK.
Karena itu, Ahmad pun mengatur pola makannya.
Ahmad mulai menulis ketika SMA dan di pers mahasiswa. Bisa jadi, darah jurnalis mengalir dari sang ayah yang seorang wartawan kantor berita Antara di tahun 1950-an. Ahmad kemudian bergabung ke majalah Tempo hingga dibreidel oleh rezim Orde Baru tahun 1994. Dia sempat bekerja di media lain namun kembali ke Tempo ketika majalah tersebut terbit lagi di era Presiden BJ Habibie.
Ahmad lahir sebagai anak keempat dari sembilan bersaudara. Ia tumbuh di antara keluarga besar ibunya di Tanah Abang, Jakarta Pusat. Setelah menikah, ia tinggal di Depok, Jawa Barat.
Ayah dua anak ini juga berstatus advokat. Ia telah menyelesaikan pendidikan dan memiliki izin advokat. "Sekarang saya punya kemampuan beracara di pengadilan," katanya. Sejak 2012, Ahmad juga menjadi mahasiswa pascasarjana di jurusan Hubungan Internasional, Universitas Padjajaran di Bandung. Ia juga menjadi dosen mata kuliah Broadcast dan Jurnalistik di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Bandung. (Tribunnews/rahmat patutie)
Data Diri:
Nama: Ahmad Taufik
Lahir: Jakarta, 12 Juli 1965
Pendidikan:
- SDN Spoor Lama Pagi I, Kebon Melati, Jakarta Pusat
- Madrasah Diniyah Al-Ittihad, Tanah Abang, Jakarta Pusat
- SMPN 35 Jakarta Pusat lulus 1981
- SMAN 24 Jakarta Pusat, lulus 1984
- Fakultas Hukum, Universitas Islam Bandung (Unisba), lulus 1990.
Jurusan Bahasa Arab, FPBS, IKIP Bandung, 1985 (hanya 6 semester)