Mereka yang Berpeluang Jadi Pembantu Jokowi-JK (4)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tubagus Hasanuddin, salah satu politisi PDI Perjuangan berlatar belakang militer. Pria kelahiran Majalengka, Jawa Barat, 8 September 1952 itu menjabat Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PDI Perjuangan merangkap Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat.
Pada Pemilihan Presiden 2014, Tb Hasanuddin yang pernah menjadi ajudan Presiden BJ Habibie dan ajudan Wapres Tri Sutrisno itu, masuk dalam Tim Pemenangan Jokowi-Jusuf Kalla. Sebagai upaya memenangkan jagoannya, Tb, demikian dia sering disapa, membantu Jokowi-JK dengan menerapkan ilmu militernya.
"Saya membentuk tim yang namanya Tim Naga Merah," ungkap Tb. Tim itu dibentuk menjelang pemilu legislatif 9 April 2014 untuk PDI Perjuangan dan dilanjutkan untuk memenangkan Jokowi pada Pilpres 9 Juli 2014.
Anggota inti Tim Naga Merah adalah 35 purnawirawan jenderal dan ratusan purnawirawan setingkat letkol. Mereka beralatar belakang TNI maupun Polri namun sama-sama memiliki kemampuan di bidang intelijen. Salah satu anggota Naga Merah adalah Komjen Pol (Purn) HM Nurdin.
Tim Naga Merah mempunyai dua tugas utama yakni melakukan kegiatan-kegiatan intelijen, kontra-intelijen dan pembentukan opini. "Mereka kerjanya secara nasional, di seluruh provinsi," ujar TB, yang pernah menjabat Sekretaris Militer pada Pemerintahan Megawati Soekarnoputri-Hamzah Haz.
"Pertama, kami mendeteksi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kompetitor dan mendeteksi isu-isu negatif terhadap kami (Jokowi-JK) lalu meng-counter-nya, termasuk penggalangan massa," beber pria lulusan Akademi Militer pada 1974.
Kendatipun menggunakan ilmu dan strategi perang ala militer, Tb mengatakan tim Naga Merah tidak melibatkan anggota TNI aktif. "Intel yang baik, dia bergerak tapi (pihak lain, Red) tidak merasa. Jadi, Anda tidak perlu colek yang lain," ujar Tb.
Untuk memantapkan konsolidasi, tim inti Naga Merah bertemu sepekan sekali di tempat rahasia. "Kami undang koordinator provinsi seminggu sekali, sekitar 35 orang, lalu koordinasikan konsep kita sebulan ke depan," ungkap Tb. Selanjutnya, 35-an pati tersebut bergerak di lapangan sesuai tugas serta teritori masing-masing.
"Selesai (pertemuan), kami komunikasi lewat SMS, BBM (Blackberry Messenger), dan grup (BBM) lakukan koordinasi dan sebagainya. Pokoknya seperti umumnya operasi intelijen, kami jarang ketemu dan jarang berhadap-hadapan, tapi operasi berjalan baik," katanya.
Pergerakan Naga Merah diketahui beberapa purnawirawan perwira tinggi (pati) maupun perwira menengah (pamen) di daaerah. Mereka mengaku cocok dengan Jokowi-JK dan minta dilibatkan.
Tb menampung keinginan mereka lalu membentuk tim Cakra. "Tim Cakra bukan saja beranggotakan perwira tinggi, tetapi juga bintara-bintara yang sudah purnawirawan di seluruh Indonesia," katanya.
Tim Cakra beranggotakan lebih dari 1.000 purnawirawan TNI, mulai dari pati, pamen, dan didominasi oleh bintara. Tim Cakra merupakan unjuk tombak operasi. Sebab, tim ini selain melakukan kegiatan intelijen dan kontra-intelijen, juga melakukan misi penggalangan massa.
"Mereka bergerak door to door, menggalang massa di tempat-tempat yang tidak terjamah oleh partai. Contohnya, partai kan tidak bergerak kalau di wilayah Papua, partai juga tidak ada untuk daerah-daerah terpencil, mereka lah yang masuk dan menyusup ke sana dan sebagainya," beber Tb.
Untuk memantapkan koordinasi pemenangan Jokowi-JK, TB Hasanuddin melebur tim Naga Merah dan Cakra menjadi tim Naga Cakra. Menurut TB, jumlah purnawirawan yang bergabung dalam tim Naga Cakra lebih dari 2.000 orang di seluruh Indonesia.
Tb membantah anggapan tim Naga Cakra menghabiskan dana besar. Menurutnya, anggota tim Naga Cakra banyak yang menyumbang dana untuk operasional tim. "Modalnya kami serahkan ke sel-sel di daerah, tapi bukan DPC ataupun DPD PDI Perjuangan. Mereka adalah pensiunan jenderal, kolonel, dan sebagainya," kata Tb.
Meski memiliki jam terbang dan pengalaman di bidang politik dan militer tersebut, TB kembali sadar bahwa dirinya bagian dari PDI Perjuangan. Baginya, semua tugas serta keberhasilan adalah terjadi atas perintah partai, khususnya Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Tb tidak ingin berandai-andai dipilih menjadi menteri atau pembantu di pemerintahan Jokowi-JK mendatang. Tapi Tb menyatakan siap jika Jokowi memintanya bergabung di pemerintahan. Tb hanya mengajukan syarat, Jokowi harus minta izin kepada Megawati selaku Ketua Umum PDI Perjuangan. "Jokowi harus minta itu ke Bu Mega, supaya sama-sama enak," ujarnya. (Tribunnews/Abdul Qodir/Ferdinand Waskita)