TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) DPR RI menyambut baik rencana pemerintah menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada empat tokoh nasional khususnya KH Abdul Wahab Chasbullah.
Menurut Ketua Fraksi PKB Helmy Faishal Zaini, kebijakan pemerintahan Jokowi-JK itu tepat meski sedikit terlambat.
Helmy Faishal Zaini menegaskan, Mbah Wahab, panggilan KH Abdul Wahab Chasbullah adalah tokoh penting dalam perjuangan membangun tatanan kebangsaan Indonesia yang moderat.
Kata Helmy, Mbah Wahab adalah ulama moderat, tokoh pesantren berpengaruh, yang semua orang sudah tahu perjuangannya dalam membela agama, bangsa, dan negara.
Lanjut Helmy ada dua alasan mengapa Mbah Wahab layak mendapatkan gelar Pahlawan.
Pertama, Mbah Wahab berperan penting dalam menghimpun dan memimpin kekuatan perang kemerdekaan melawan penjajahan Sekutu dan Jepang.
Kedua, Mbah Wahab juga perintis, pendiri, dan penggerak organisasi Nahdlatul Ulama (NU) yang kiprahnya sudah dibuktikan dalam sejarah kemerdekaan hingga berdirinya negeri ini.
“Mbah Wahab itu pencetus pertama pendirian Nahdlatul Wathan. Dari pergerakan pemikiran Nahdlatul Wathan inilah cita-cita Mbah Wahab membebaskan bangsa dari penjajahan kolonial dimulai,” jelas Helmy dalam keterangan pers kepada Tribunnews.com, Kamis (7/11/2014).
Sebagaimana diberitakan, besok presiden Joko Widodo dijadwalkan segera meresmikan penganugerahan gelar pahlawan nasional kepada empat pejuang yakni Letjen TNI (Purn) Djamin Ginting (asal Sumatera Utara), Sukarni Kartodiwerjo (asal Jawa Timur), Muhammad Mangundiprojo (asal Jawa Tengah), dan KH Abdul Wahab Hasbullah (asal Jawa Timur). (Jokowi Berikan Gelar Pahlawan Besok)
Helmy Faishal menambahkan, sebenarnya masih banyak tokoh nasional dari lingkungan NU yang juga layak mendapatkan penghargaan serupa. Dia menyebut misalnya KH Bisri Syansuri Denanyar, KH Abbas Buntet, dan KH Abdurrahman Wahid.
"Bagi PKB tiga tokoh ini juga pahlawan nasional," imbuhnya.
Dalam catatan sejarah, ketika fatwa Resolusi Jihad dikeluarkan Rois Akbar PBNU KH Hasyim Asy'ari dalam pertemuan ulama dan konsul-konsul NU se-Jawa dan Madura di Surabaya, Kiai Wahab yang waktu itu menjadi Khatib Am PBNU bertugas mengawal implementasi dan pelaksanaan di lapangan. Fatwa tersebut akhirnya menjadi pemantik pertempuran heroik 10 November, untuk mengusir Belanda yang ingin kembali menjajah dengan cara membonceng NICA alias Sekutu.