TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nama mantan Dirut Telkom, Rinaldy Firmansyah belakangan mencuat sebagai kandidat kuat Dirut Pertamina pengganti Karen Agustiawan. Namun, sosok Rinaldy dianggap tidak paham dunia perminyakan dan diprediksi tidak mampu memberangus mafia migas.
Rinaldy dikhawatirkan akan menjadi boneka oleh orang-orang di belakangnya yang memiliki kepentingan di dunia minyak dan gas bumi. Apalagi, saat ini seleksi calon Dirut Pertamina dilakukan secara tertutup.
"Kita kan tidak pernah tahu bagaimana proses seleksinya. Saya takut dia dipaksakan jadi terus ada yang nyetir, dia hanya akan jadi boneka di Pertamina," ujar Koordinator Advokasi dan Investigasi FITRA Uchok Sky Khadafi dalam pernyataannya, Kamis(13/11/2014).
Selain tidak paham peta perminyakan, Rinaldy menurut Uchok tidak akan bisa membawa perubahan sebagaimana diharapkan Presiden Joko Widodo. Padahal, Jokowi sejak awal mengharapkan adanya perubahan mendasar dalam pengelolaan migas ke depan. Salah satunya dengan adanya pembentukan satuan tugas antimafia migas yang bertujuan memberantas jaringan atau mafia-mafia migas.
"Kalau dia jadi, tidak akan ada pembaharuan, tidak akan ada revolusi mental di tubuh Pertamina. Orang yang tidak paham bagaimana di dunia perminyakan bagaimana mau mimpin Pertamina?," tegasnya.
Seharusnya lanjut Uchok calon pemimpin Pertamina ke depan harus paham betul bagaimana menjalankan perusahaan perminyakan. Bukan sekedar paham soal keuangan seperti Rinaldy. Jika hanya paham soal keuangan, Uchok menyarankan agar yang bersangkutan menjadi bendahara saja.
"Kalau cuma sekedar paham keuangan lebih baik dia jadi bendahara keuangan saja, jadi bendaharanya (Rini) Soemarno (Menteri BUMN), atau bagian sub keuangan daripada jadi Dirut Pertamina," katanya.