Wartawan Tribunnews.com, Rahmat Patutie dari Pangkalan Bun
TRIBUNNEWS.COM, PANGKALAN BUN - Ombak setinggi tiga meter menerjang di perairan Selat Karimata, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, saat Kapal Republik Indonesia (KRI) Bung Tomo melakukan proses evakuasi di area jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501, Rabu (31/12/2014).
Cuaca gelap berkabut yang tak kunjung membaik itu menjadi kendala proses evakuasi bagi tim gabungan koordinasi dari Basarnas.
Awan sangat rendah mengkhawatirkan untuk operasi helikopter mengambil jenasah di KRI Bung Tomo.
Kondisi cuaca juga menyulitkan pengiriman pasukan Marinir dan penyelam tambahan ke lokasi. Helikopter yang dikerahkan pun terpaksa kembali ke Landasan Udara Sultan Iskandar.
"Ombak tiga meter itu bayangkan kalau terjun di ombak segitu dengan kedalaman 30 meter. Kalau pakai tali rawan bagi penyelam," ujar SAR Mission Koordinator Pangkalan Bun, Marsekal muda TNI Sunarbowo Sandik di Posko Utama Pencarian Pesawat AirAsia QZ8501, dalam jumpa pers di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Rabu (31/12/2014).
Sunarbowo menyatakan, proses evakuasi dapat selesai dalam waktu yang cepat bila saja cuaca di sekitar operasi tim gabungan membaik.
Adapun dari tujuh jenasah korban pesawat AirAsia QZ8501, hanya dua jenazah yang berhasil di bawa ke Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah telah diidentifikasi singkat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Imanuddin, Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah, untuk selanjutnya dibawa ke Surabaya.
Informasi yang dibimpun, setelah diidentifikasi petugas forensik, satu jenasah diketahui berjenis kelamin laki-laki yang diperkirakan masih berusia remaja dengan panjang sekitar 140 cm. Jenasah ini mengenakan baju biru dan celana cokelat.
Sementara jenasah satunya lagi berjenis kelamin perempuan dengan ciri fisik panjang 160 cm dan menggunakan baju warna biru kemudian celana jins biru.
Kedua jenasah pun dimasukkan ke peti jenazah dan di bawa ke Surabaya menggunakan pesawat Boeing 737-200 AI 7301 milik TNI AU sekitar pukul 16.00 WITA