b). QZ-8501 dalam dua menit, antara pukul 06.16 (sa'at Pilot minta izin ATC untuk mendaki ke Ketinggian 38 ribu kaki) sampai dengan pukul 06.18 WIB (saat pesawat menghilang dari layar radar), telah mengalami peristiwa mendadak yang dahsyat, sehingga pesawat tak terkendali.
Terdapat beberapa kemungkinan seperti: Gumpalan es/halilintar masuk menembus kokpit sehingga terjadi Rapid De-compression (tekanan udara yang mendadak turun drastis) dalam Kokpit dan Kabin, dengan akibat Pilot dan semua Penumpang akan menderita Hipoxia (kekurangan Oksigen), amat sangat kedinginan lalu pingsan.
Atau, mengalami goncangan turbulen udara yang extrim berupa Updraft (terangkat keatas) dan Downdraft (anjlok jatuh beberapa meter) disertai kecepatan terbang yang terus berkurang sehingga masuk Stalling Speed, lalu mengalami jatuh seperti Batu (Stall), disusul masuk Spiral-Dive terbang berputar-putar kebawah (Spin) tanpa bisa keluar dari Spin karena sistim kemudi DFBW (Digital Fly By Wire) tidak berfungsi akibat perlistrikan mati.
Kemudian Pilot berusaha melakukan manuver Ditching, namun posisi hidung pesawat sudutnya terlalu tajam terhadap permukaan laut, sehingga upaya ditching gagal, lalu pesawat tercebur masuk Laut dan sebagian pecah berkeping-keping.
Patut diduga bahwa Pilot masih sadar ketika berusaha melakukan ditching.
c). Memperhatikan evakuasi jenazah yang tanpa pelampung dan berjumlah hanya 37, adanya puing-puing Pintu Darurat, Tangga Darurat, kursi, jendela penumpang tanpa adanya tanda-tanda jelaga akibat ledakkan atau kebakaran, menunjukkan bahwa peristiwanya berlangsung sangat singkat sehingga Pramugara, Pramugari dan penumpang tidak sempat memakai pelampung.
Ditemukannya Pintu Darurat dan Tangga Darurat yang terpisah dari badan pesawat, kemungkinan Awak Kabin telah siap menghadapi prosedur Ditching , namun Pilot gagal melakukan ditching. Diduga Pramugari telah membuka Pintu Darurat serta mengeluarkan Tangga Peluncur.