”Selama kuliah, saya belum pernah pulang kampung dan selalu merayakan Imlek bersama teman-teman kampus. Saya berharap tahun ini Imlek bersama keluarga, tetapi gagal...,” ungkap mahasiswa semester akhir di Universitas Indonesia ini.
Sambil melangkah meninggalkan kompleks Terminal 1B, ia mengangkat telepon selulernya dan menelepon seseorang dengan bahasa Mandarin. ”Wa bo jadi tui (Aku tidak jadi pulang),” katanya lirih.
Kisah Frederick hanya satu dari ribuan kisah derita penumpang Lion Air yang tertahan di Bandara Soekarno-Hatta sejak Rabu petang lalu. Mereka menjadi korban kekacaubalauan penerbangan Lion Air sepanjang dua hari terakhir.
Berbeda lagi kisah Sri Haryati (62), penumpang Lion Air tujuan Jakarta-Medan bernomor penerbangan JT398 yang juga tertunda. Pesawat itu seharusnya berangkat Jumat pukul 11.50. Namun, hingga pukul 16.00, belum ada kejelasan kapan pesawat itu akan berangkat.
Akibatnya, Sri memutuskan membatalkan keberangkatannya, yang berarti keinginannya untuk berangkat menunaikan ibadah umrah di Tanah Suci tertunda. ”Ibu saya mau umrah tidak jadi. Enggak tahu kapan lagi bisa berangkat umrah nanti,” kata Yuni, anak perempuan Sri.
Kekecewaan tergambar jelas di wajah Sri yang sejak Jumat pagi tak mampu berkata-kata. Saat ditemuiKompas, Sri dan Yuni baru saja kembali dari Terminal 3 untuk menukarkan tiket yang sudah dibeli dengan uang pengganti. ”Sekitar 80 persen uang saya kembali,” ujar Yuni.
Sambil menunggu bus Damri, ibu dan anak itu mendorong kembali troli yang penuh dengan kardus dan beberapa tas besar.
Bagi Frederick, Rudi, Sri Haryati, dan ribuan penumpang lain, pengalaman telantar di bandara akibat penundaan penerbangan ini akan menjadi kenangan pahit yang susah dilupakan seumur hidup.
Kekacauan terlihat di Terminal 1 bandara internasional tersebut. Ratusan penumpang telantar, sebagian dari mereka tidur di lantai.
Ratusan penumpang lain yang berada di luar ruang check- in mencoba mencari petugas bandara untuk mencari informasi. Namun, tak satu pun petugas maskapai Lion Air berada di kantor pelayanan informasi dan pemesanan tiket. Sebagian penumpang bahkan tak mampu lagi membendung kekesalan dan turun ke jalan memblokir arus lalu lintas di depan Terminal 1.
Polisi mengimbau
Polisi pun mengimbau penumpang Lion Air yang mengalami keterlambatan keberangkatan di Bandara Soekarno-Hatta tetap tertib dan tidak bertindak anarkistis. ”Kami mengimbau penumpang tetap tertib dan tak sampai melakukan tindakan yang mengganggu ketertiban umum,” kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Martinus Sitompul.
Menurut Martinus, secara umum, kondisi di bandara tetap aman meski ada ribuan penumpang yang mengalami keterlambatan. Sempat terjadi pemecahan satu kaca, tetapi bisa diantisipasi sehingga tidak meluas.
Ia menyebutkan, polisi melakukan antisipasi dengan memperkuat pengamanan di terminal bandara. ”Kami bertugas menjamin menjaga keamanan di bandara, mencegah calon penumpang bertindak anarkistis. Kami di sana untuk memastikan keadaan tetap tertib,” ujar Martinus.
Frederick, Rudi, dan Sri Haryati tak berbuat anarkistis meski hal-hal penting dalam kehidupan mereka terpaksa tertunda atau bahkan batal sama sekali. Lalu, adakah yang peduli pada nasib mereka...? (B09/RAY).