Sekarang kita sedang siapkan Thailion, maskapai penerbangan berbasis di Thailand. Tahun depan akan ke Myanmar dan Australia, juga ekspansi lagi ke negara-negara lain. Kita akan gandeng partner. Kita selesaikan masalah yang ada dari SDM dulu.
Ke depan akan listing, tapi nanti. Ada hal-hal yang sedang kita selesaikan, seperti membangun perumahan karyawan, sekolah, rumah sakit. Karena kita swasta, kita bisa bebas. Kondisi kita tak membutuhkan pendanaan. Perusahaan kita profit, belum butuh dana luar.
Bagaimana Anda berbisnis?
Saya tak mau berdebat soal menipu atau tak menipu. Kalau memang saya menipu, tuntut saja ke pengadilan. Dalam negosiasi itu, kamu setuju saya setuju, kamu untung saya untung, atau kamu rugi saya untung.
Saya beli pesawat lebih mahal, yang bodoh saya. Tentang Boeing, saya dapat harga yang bagus karena saya berani ambil pesawat yang belum dibikin. Kemudian kita berhasil. Itu kembali ke kejelian.
Dulu, di Indonesia pakai B737-200 karena gampang pilotnya, teknisinya. Saya ambil MD-82 dengan 168 penumpang, lebih banyak 40 seat dari pesawat itu. Ini out of the box.
Di bisnis itu, apa yang kita dapat bukannya apa yang bisa kita dapat. Itu adalah hasil negosiasi kita dan kerja keras. Ini bicara kerja kemanusiaan ya, bukan ketuhanan.
Saya sekarang kerja santai karena kita bisa buat orang bekerja dengan sistem dan kepercayaan. Mereka percaya bahwa mereka tak akan ditinggalkan oleh Rusdi. Kita timbulkan loyalitas.
Walaupun mulai sekarang ingin “membuka diri”, Rusdi tak ingin eksposenya didramatisasi terkait kehidupan masa lalunya yang sulit. Ia bersyukur diberi kesempatan 13 tahun berkembang,
“Dan saya misteri, wajar orang ingin tahu. Saya dapat e-mail dari berita di Washington Post. Di sana ditulis tentang saya ‘… an airlines who domain Indonesia’s domestic market run by unnamed’. Saya dianggap orang misteri. Saya juga disebut psycho businessman. Padahal saya tidak pemalu,” tuturnya.
Ia pun cerita sewaktu diminta bicara di Washington University untuk program MBA-nya karena salah seorang anaknya sekolah di sana.
“Saya ditanya, di-compare dengan airlines di Amerika, Lion Air seperti yang mana? Saya bilang, tak ada. Airlines saya adalah yang terburuk di dunia. My airlines is the worst in the world, but you have no choice. Makanya ada yang bilang, Lion Air dibenci tapi dirindu,” tuturnya.