Tribunnews.com, Jakarta — Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, Kompol Novel Baswedan, dijadwalkan akan diperiksa sebagai tersangka oleh penyidik Badan Reserse Kriminal Polri, Kamis (26/2/2015) besok.
Bareskrim telah menetapkan Novel sebagai tersangka dugaan penganiayaan pencuri sarang burung walet di Bengkulu sejak 2012. Panggilan pemeriksaan terhadap Novel baru dilakukan saat ini.
"Kamis besok, Pak Novel akan diperiksa," ujar kuasa hukum Novel, M Isnur, saat dihubungi, Rabu (25/2/2015).
Isnur mengaku heran dengan pemanggilan kliennya itu. Menurut dia, penyidikan kasus ini telah lama dinyatakan selesai pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Saat itu, SBY memandang proses hukum terhadap Novel tidak tepat dari segi waktu maupun caranya. Namun, perkara itu kembali muncul ke permukaan belakangan ini, hampir bersamaan dengan penetapan tersangka dua pimpinan KPK.
"Masa-masa ini malah ada penyidikan ulang, padahal sudah ada keputusan di zaman SBY," kata Isnur.
Sebelumnya, Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes (Pol) Rikwanto menyatakan bahwa penyidikan kasus Novel pada 2012 belum selesai dan status tersangka Novel belum dicabut. Dalam rentang waktu tersebut, proses penyidikan terhadap Novel masih berlangsung.
"Ingat, kasus pidana berat itu tak kedaluwarsa. Jadi, tetap kita lanjutkan," kata dia.
Rikwanto mengatakan, Bareskrim telah memanggil Novel pada Jumat (13/2/2015) lalu. Namun, yang bersangkutan tidak berkenan hadir atas alasan tertentu.
Kasus Novel bermula saat ia menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Kota Bengkulu pada 2004. Novel yang masih berpangkat Iptu diduga menembak pencuri sarang walet. Kasus itu pun telah diproses oleh kepolisian setempat. Namun, kasus ini kembali diperkarakan pihak kepolisian pada tahun 2012. Novel sempat hendak dibawa polisi saat berada di Gedung KPK, tetapi batal.
Upaya penangkapan Novel itu dikaitkan dengan penetapan Irjen Djoko Susilo sebagai tersangka kasus simulator SIM. Saat itu, banyak pihak menganggap Novel yang merupakan penyidik kasus tersebut telah dikriminalisasi oleh Polri.
Untuk memulihkan keretakan hubungan antara KPK dan Polri, SBY mengeluarkan pernyataan agar KPK dan Polri tak larut dalam kekisruhan. SBY bersikap bahwa keinginan Polri untuk melakukan proses hukum terhadap Kompol Novel Baswedan dipandang tidak tepat. Setelah itu, proses penyidikan terhadap Novel pun tenggelam dari permukaan.
Kasus Novel kembali mencuat menyusul kriminalisasi terhadap para pimpinan KPK dan sejumlah penyidik lainnya. Lagi-lagi sejumlah pihak mengaitkan hal ini dengan langkah KPK menetapkan petinggi Polri sebagai tersangka. KPK menetapkan Komisaris Jenderal Budi Gunawan yang digadang-gadang menjadi calon kepala Polri sebagai tersangka kasus dugaan penerimaan hadiah atau janji terkait jabatannya. (Ambaranie Nadia Kemala Movanita)