News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

KPK Isyaratkan Penuntasan Kasus BLBI Masih Jauh

Penulis: Eri Komar Sinaga
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi. Sejumlah demontran mendukung KPK untuk segara menyelesaikan kasus bantuan likuiditas Bank Indonesia (BLBI) di depan Gedung Komisi Pemberantas Korupsi , Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (18/4/2013). Demontran meminta KPK untuk membuka kembali kasus BLBI kasus terkatung-kantung dari tahun 1998 yang merugikan negara lebih dari Rp 147 Triliun. (Warta Kota/Henry Lopulalan)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nasib penyelidikan penerbitan Surat Keterangan Lunas (SKL) Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) senilai Rp 147,7 triliun belum menandakan tanda-tanda kenaikan status ke arah penyidikan.

Usai memeriksa banyak saksi sejak ujung tahun 2014, KPK kini bahkan belum mengagendakan pemeriksaan saksi lainnya.

Pelaksana tugas Wakil Ketua KPK Johan Budi mengatakan pimpinan KPK sedang rutin menggelar rapat-rapat. Belum lagi, kata Johan, semakin banyaknya (kemungkinan) gugatan praperadilan penetapan tersengka yang ditetapkan KPK.

"Lima Pimpinan KPK masih melakukan rapat rapat, belum lagi sekarang gelombang praperadilan sedang muncul. Ini tentu memerlukan energi dan pikiran dan tenaga tambahan," kata Johan ketika dihubungi, Jakarta, Jumat (27/2/2015).

Selain itu, lanjut Johan, perkara-perkara yang ditangani KPK yang sudah berstatus penyidikan juga masih banyak yang mangkrak.

"Di sisi lain perkara perkara di tingkat penyidikan juga masih banyak yang harus diselesaikan. Karena itu kami sedang mengevaluasi penanganan perkara-perkara di tingkat penyidikan terlebih dahulu. Karena ini ada batasan limitasi waktu, seperti penahanan dan lain-lain," ujar Johan.

SKL sendiri merupakan produk yang dikeluarkan BPPN berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2002. Saat itu, Presiden yang menjabat adalah Megawati Soekarnoputri yang adalah Ketua Umum PDI Perjuangan.

Berdasarkan inpres tersebut, debitor BLBI dianggap sudah menyelesaikan utang walaupun hanya 30 persen dari jumlah kewajiban pemegang saham (JKPS) dalam bentuk tunai dan 70 persen dibayar dengan sertifikat bukti hak kepada BPPN. Atas dasar bukti itu, mereka yang diperiksa dalam penyidikan Kejaksaan Agung akan mendapatkan surat perintah penghentian perkara (SP3).

Tercatat beberapa nama konglomerat papan atas, seperti Sjamsul Nursalim, The Nin King, dan Bob Hasan, yang telah mendapatkan SKL dan sekaligus release and discharge dari pemerintah. Padahal, Inpres No 8/2002 yang menjadi dasar kejaksaan mengeluarkan SP3 itu bertentangan dengan sejumlah aturan hukum, seperti UU No 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini