TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti mengkritik pernyataan Menteri Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Yuddy Chrisnandi yang mengkritik aksi para pegawai KPK, Selasa (3/3/2015) kemarin. Menurutnya, pernyataan Yuddy Chrisnandi itu seperti mengingkari dirinya pernah menjadi aktivis.
"Dia seperti datang dari dunia antah berantah yang tak mengenal soal arti konsistensi perjuangan dan kehendak untuk tidak takluk pada penindasan. Yuddy tiba-tiba menjadi seperti orang yang tak memiliki masa lalu atau lupa bahwa pernah memiliki masa lalu yang amat sangat dekat dengan kegiatan pengorganisasian aksi-aksi," sindir Ray Rangkuti, Rabu (4/4/2015).
"Yuddy tahu betul tak ada yang dilanggar oleh pegawai KPK itu. Yuddy tahu benar bahwa stiap warga negara dijamin haknya untuk bersuara, menyatakan pendapat dan berorganisasi. Yuddy tentu sangat paham salah satu bentuk ekspresinya itu adalah menyatakan sikap tidak setuju melalui aksi-aksi massa," Ray menegaskan.
Menurutnya, apa yang dilakukan oleh para pegawai KPK itu tak lebih dari itu. Menyatakan sikap tidak stuju atas pilihan pimpinan KPK yang memang sepantasnya dipertanyakan. Defenisi Yuddy Chrisnandi yang menyatakan aksi itu sebagai pembangkanganlah yang sebenarnya menjadi masalah.
"Itu cap yang terlalu berat dan cepat untuk aksi yang sebenarnya damai, etis dan dijamin UU. Dimanakah letak pembangkangan itu? Para pegawai KPK itu tidak mogok, tidak bisa membatalkan pelimpahan itu atau mereka tidak melakukan sabotase dan jenis tindakan yang membuat kita sampai pada kesimpulan bahwa itu adalah pembangkangan," Ray menegaskan kembali.
Mereka, para pegawai KPK, lanjut Ray, hanya berdiri di beranda kantor KPK, berorasi sembari tetap meminta pimpinan KPK mengubah sikap. "Mengapa Yuddy membuat defenisi yang terlalu jauh? Para pelaku politik kita selalu berubah, tapi tabiat mereka terlihat selalu sama. Melihat rakyatnya selalu sebagai ancaman. Ada apa denganmu kawan Yuddy Chrisnandi?" sindir Ray Rangkuti.