Laporan Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM - Demi selamatkan nyawa sang kakak yang divonis gagal ginjal, salah seorang warga Welahan Wetan, Adipala, Cilacap, Jawa Tengah, Sona Suratman, beberapa hari terakhir ini mondar-mandir mendatangi dermaga Wijaya Pura, pintu masuk menuju Nusakambangan.
Ia memang berusaha keras mendapatkan ginjal Raheem Agbaje Salami, salah satu terpidana mati yang mewasiatkan hal tersebut.
Al kisah, setelah divonis gagal ginjal, kakaknya yang memiliki dua anak serta dua cucu tersebut mesti melakukan cuci darah sebanyak dua kali dalam seminggu.
Biaya yang mahal serta Intensitas yang tinggi membuat kakaknya mesti menjual tanah untuk keperluan berobat.
"Tinggal sisa satu petak tanah dan rumah yang ditinggali. Itu juga setelah kami bertiga adiknya patungan untuk membantu berobat," tuturnya.
Sekali berobat menurut Alan dapat menghabiskan biaya dari Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta.
Sangat memakan biaya lantaran dari rumah kakaknya di Way Kambas, sebelah utara lampung ke rumah sakit provinsi yang berada di Bandar Lampung, jaraknya ratusan kilo.
"Belum lagi akses kendaraan yang sangat sulit, jadi ongkosnya sangat mahal," tuturnya.
Menurut Alan, keluarga kakaknya yang hanya berprofesi sebagai buruh tani, sudah tidak bisa berbuat banyak lagi. Apabila sepetak tanah dan rumah dijual. Maka keluarga kakak saya tidak mempunyai tempat tinggal lagi.
"Ya sekarang bingung, bisa berobat tapi tidak ada tempat tinggal. Kalau rumah dipertahankan maka kakak saya tinggal nunggu waktu," tuturnya.