TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim evakuasi kesulitan mengeluarkan 89 warga negara Indonesia (WNI) yang terjebak di Kota Aden, Yaman. Hal itu disebabkan karena kota bagian selatan Yaman tersebut sedang diperebutkan oleh pemberontak Houthi dan pendukung Presiden Mansour Hadi.
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengatakan, tim evakuasi saat ini tengah memutar otak untuk menyusun skenario penyelamatan. Sebelumnya mantan dubes RI untuk Belanda itu meminta jeda kemanusiaan kepada pihak-pihak bertikai namun tak mendapat jawaban apa-apa.
Ada opsi jalan darat dari kota pesisir itu ke Al-Hudaidah. Namun tetap masih mempertimbangkan segi keamanan, mengingat perang antara kedua pihak tidak bisa diduga. Terlebih jarak dari Aden ke Al-Hudaidah menempuh waktu cukup lama, sehingga Menlu masih menimbang segala kemungkinan.
"Sekarang kami coba opsi lain, sekali lagi kita tergantung dari keamanan. kita mengeksplor kemungkinan juga jalur darat dari Aden ke Al Hudaidah yang jarak tempuhnya sekitar 7 jam," ujar Menlu Retno di Kantornya, Jakarta Pusat, Rabu (8/4/2015).
Nantinya ketika WNI sampai di Al-Hudaidah, akan ada beberapa skema untuk membawa mereka ke Muskat. Yang jelas saat ini Kemenlu masih berupaya mencarikan jalan yang bisa mempercepat proses evakuasi.
Pertimbangan lain untuk menempuh jalur darat, menurut Retno dikarenakan pos Indonesia di Al-Hudaidah saat ini sudah diperkuat tim dari Jakarta. Ia memastikan, ketika pos tersebut diperkuat maka dalam segi keamanan WNI sudah terjamin. Selain itu, Menlu juga menggandeng pihak lain seperti pemerintah Malaysia dalam opsi jalan darat ini.
"Jadi beberapa hari ini saya berkomunikasi dengan Menlu Malaysia untuk mengkesplor secara bersama, bagaimana opsi atau keamanan opsi darat apabila opsi itu kita akan ambil. Sebagai informasi, pos kita di Al Hudaidah akan diperkuat dari tim dari Jakarta yang tiba dua hari lalu," kata Retno.