TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hampir dua minggu kaburnya 10 tahanan kasus narkotika dari ruang tahanan Badan Narkotika Nasional (BNN), namun sampai saat ini belum ada satu orang pun yang ditangkap.
Kepala Bagian Humas BNN, Komisaris Besar Polisi Slamet Pribadi, mengaku pihaknya membentuk empat tim untuk memburu para tahanan tersebut.
Dia menjelaskan perburuan dilakukan ke sejumlah tempat mulai dari tempat tinggal keluarga dan tempat-tempat yang pernah dikunjungi.
"Kami masih melakukan pencarian. Sebanyak empat tim bergerak. Mereka mencari di tempat tinggal keluarga yang pernah dikunjungi dan tempat yang pernah dikunjungi," ujar Komisaris Besar Polisi Slamet Pribadi di Kantor BNN, Jakarta, Sabtu (11/4/2015).
Para tahanan melarikan diri dengan cara menjebol tembok penjara bagian belakang ruang tahanan pada Selasa 31 Maret 2015 sekitar pukul 03.00 WIB.
Seseorang dari jaringan Aceh diduga menjadi dalang pelarian para tahanan tersebut. Dia dikenal mempunyai keahlian khusus karena pernah mengikuti pelatihan militer di Nanggroe Aceh Darussalam.
"Sejauh ini belum ada titik terang," kata dia.
Selain memburu para tahanan tersebut, Slamet Pribadi, mengaku pihaknya melakukan pemeriksaan internal. Ini dilakukan guna mencari keterangan tambahan.
Sementara itu, pengamanan di sekitar ruang tahanan juga diperketat guna mengantisipasi terjadinya hal serupa.
Para tahanan kabur dengan cara menjebol tembok dan teralis penjara. Tahanan melarikan diri dari gedung Direktorat Pengawasan Tahanan, Barang Bukti dan Aset Deputi Pemberantasan BNN melalui jalur belakang.
Ruang tahanan berukuran diameter sekitar 40 sentimeter. Sisi pertama yang dijebol merupakan tembok, yang disusul jeruji besi dan sebuah teralis. Tampak, jeruji besi seperti dipotong menggunakan gergaji. Tembok juga seperti dibobok dan teralis sudah bengkok.
Saat kejadian tersebut terjadi, hanya terdapat empat petugas keamanan yang melakukan penjagaan di ruang tahanan.
Sementara, para tahanan yang kabur menempati empat ruang tahanan dari total 12 ruang tahanan. Satu ruang tahanan dihuni maksimal enam orang tahanan.
Apabila tahanan telah keluar dari belakang gedung penjara tersebut, kemungkinannya mereka melarikan diri. Pertama melalui tembok yang berbatasan dengan Rumah Sakit Pusat Otak Nasional.