Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) akan membangun perpustakaan baru. Rencananya, perpustakaan itu akan dilengkapi dengan pusat riset.
Lalu bagaimanakah keberadaan perpustakaan DPR saat ini? Tribunnews.com mencoba melihat ruangan perpustakaan DPR yang terletak di Gedung Nusantara II.
Ruangan itu terletak di sebelah Komisi III DPR dan Komisi VIII DPR. Terdapat tangga menuju perpustakaan DPR. Jalan lain menuju perpustakaan tersebut melewati belakang Gedung Nusantara II.
Di sana bakal terlihat tulisan 'PERPUSTAKAAN DPR RI'. Memasuki lantai dasar, terlihat puluhan majalah dan koran terpampang. Kemudian terdapat tempat duduk untuk pengunjung membaca.
"Disini ruang baca, mas. Tapi kita memang sudah mau tutup," kata petugas yang enggan disebutkan namanya itu, Senin (27/4/2015). Perpustakaan DPR memiliki jadwal buka pukul 08.00-16.00 WIB.
Staff DPR terlihat sering melewati ruang baca sebagai jalan pintas keluar dari Gedung Nusantara II DPR. Tribunnews.com, kemudian melihat ruangan di lantai II Perpustakaan DPR. Pintu perpustakaan langsung terdapat tangga menuju Komisi III DPR dan Komisi VIII DPR.
Di samping pintu tersebut terdapat 28 loker untuk menaruh barang bawaan. Petugas yang berada di resepsionis akan mempersilahkan anda mencari buku sesuai kebutuhan. Fasilitas penunjang diantaranya 9 komputer ditambah wifi yang tersedia di area perpustakaan. Berbagai macam buku mulai dari buku perundang-undangan sampai biografi tokoh menjadi koleksi perpustakaan.
Data yang didapat, keseluruhan koleksi yang ada di perpustakaan DPR sebanyak 105.381 eksemplar. Sedangkan keseluruhan kliping dari tahun 2012-April 2015 sebanyak 15.843 artikel. Perpustakaan juga menyimpan buku-buku dari era Presiden Soekarno Hingga Susilo Bambang Yudhoyono.
Menurut catatan koleksi perpustakaan DPR:
*Presiden Soekarno tahun 1960-1966 sebanyak 48 buku
*Presiden Soeharto tahun 1968-1998 sebanyak 93 buku
*Presiden BJ Habibie tahun 1998 sebanyak 1 buku
*Presiden Abdurrahman Wahid tahun 1999-2001 sebanyak 2 buku
*Presiden Megawati Soekarnoputri tahun 2001-2004 sebanyak 4 buku
*Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) tahun 2004-2011 sebanyak 11 buku.
Suasana tenang terlihat dalam area perpustakaan. Saat Tribunnews.com, mendatangi ruangan tersebut hanya terdapat satu pengunjung yang sedang mencari referensi buku. Diakui petugas kebanyakan yang datang ke ruangan tersebut tenaga ahli anggota DPR.
"Ya yang banyak tenaga ahli cari referensi. Masyarakat juga boleh kesini. Untuk peminjaman buku memang hanya tenaga ahli dan anggota DPR yang boleh," kata petugas tersebut.
Dikonfirmasi mengenai pembangunan perpustakaan, Sekjen DPR Winantuningtyastiti mengakuinya. Pembangunan gedung baru ditujukan untuk perpustakaan, pusat Riset dan museum. Hal itu karena adanya kebutuhan DPR.
Ia mengatakan koleksi buku dan dokumen tidak semuanya tertampung di perpustakaan. "Ada yang nempel di gedung mezanine, atau diselipkan di lantai 7 gedung Setjen. Ada di Basement Gedung Nusantara III dan lainnya. Dan yang tidak tertampung sekita 15.000 buku," kata Win.
Padahal dokumen dan buku tersebut sangat penting. Menurut Win, adanya perpustakaan dapat mempermudah mahasiswa membuat tugas skripsi, disertasi dan tesis. "Kalau research centre juga nantinya bisa dijadikan pusat pembelajaraan untuk pengembangan demokrasi di Indonesia," katanya.
DPR sendiri telah membentuk tim kerja sejak Maret 2015 yang terdiri dari Kesekjenan, PU, Pemda DKI, Sekretariat Negara dan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintahan (LKPP).
Sementara, Sekretaris Fraksi Demokrat Didik Mukriyanto mengatakan pihaknya mendukung bila DPR melakukan pembangunan perpustakaan dan pusat riset.
"Kalau terkait itu harus buka diri, karena DPR ini sumber informasi, agar rakyat juga bisa akses apa saja yang jadi produk DPR dengan hadirnya perpustakaan ini, sebagai sarana mendekatkan kepada kita," kata Didik
Didik mengatakan wacana tersebut masih dibahas di Badan Legislatif DPR. Sedangkan untuk perpustakaan merupakan kebijakan fungsional agar publik semakin dekat dengan DPR. Anggota Komisi III DPR itu berharap perpustakaan tersebut menjadi kebanggaan bangsa.
"Semoga jadi perpustakaan terlengkap di Asia Tenggara," ujarnya.