Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pada 21 Mei 2015 tepat 17 tahun Presiden Soeharto mengundurkan diri karena didorong oleh gerakan mahasiswa dan rakyat yang menuntut reformasi.
Peristiwa itu menjadi momentum awal reformasi di segala bidang: politik, ekonomi, hukum dan birokrasi. Peringatan 17 tahun reformasi ini bakal diperingati aktivis 1998 yang mengangkat tema "Jokowi Pemimpin Rakyat Tanpa Beban Masa Lalu".
"Pada 21 Mei 2015 kami buat acara di Tugu Proklamasi, Cikini, Jakarta Pusat. Akan ikut terlibat sekitar 26 kelompok. Tapi kami mengimbau semua kelompok bergabung untuk reformasi. Terutama elemen mahasiswa baik swasta maupun negeri untuk bergabung," kata Panel Barus dari Pusat Informasi Rakyat (PIRA) yang juga aktivis 1998 di Jakarta, Minggu (17/5/2015).
Peringatan 17 tahun reformasi akan dimulai sekitar pukul 14.00 WIB dan diikuti 11.065 orang. Dalam acara itu akan diisi orasi parfa aktivis, relawan pendukung Jokowi. Diikuti pernyataan bersama 17 tahun reformasi dikaitkan dengan situasi politik terkini.
Panel berharap, peringatan sweet seventeen reformasi generasi ini bisa membangun optimisme.
Aktivis 98 lainnya Hendrik Dikson Sirait mensyukuri kehadiran Presiden Jokowi sebagai pemimpin baru selama 17 tahun reformasi diperjuangkan. Tak mudah bagi Jokowi saat ini untuk melakukan perubahan.
Namun, Hendrik melanjutkan, bersama kekuatan aktivis lainnya, program-program yang dijalankan pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla akan membawa hasil nyata bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia.
"Melalui Nawacita, kami percaya tantangan yang dihadapinya bisa diselesaikan," kata Hendrik.
Para aktivis juga berjanji akan mengawal Pemerintahan Jokowi-JK hingga selesai masa jabatannya. Terutama untuk membuktikan terwujudnya cita-cita reformasi yang dijanjikan Jokowi selama masa kampanyenya.