News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

DPR Periksa Kapolda dan Kapolri Soal Kasus Kop Surat Henry Yosodiningrat

Penulis: Abdul Qodir
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anggota DPR asal Lampung Henry Yosodiningrat menunjukkan foto warga Kampung Gunung Sugih Besar, Kecamatan Sekampung Udik, Lampung Timur yang mengalami kekerasan akibat penangkapan polisi di Tengerang.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Biasanya anggota DPR diperiksa lembaga penegak hukum seperti Polri atau Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait kasus pidana.

Kali ini, Majelis Kehormatan DPR (MKD) yang memeriksa Kapolda Sulawesi Tenggara Brigadir Jenderal Polisi Arkian Lubis, hingga Kapolri, Jenderal Pol Badrodin Haiti.

Untuk sementara, pihak MKD dipimpin oleh Surahman Hidayat memintai keterangan Kapolda Sutra di ruang sidang MKD, Gedung DPR, Jakarta, Senin (15/6/2015) sejak pukul 14.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB. Adapun pemeriksaan terhadap Kapolri masih dikoordinasikan.

Beberapa petugas kepolisian dari Polda Sultra menunggu di ruang tunggu MKD DPR.

"Kami mintai keterangan, penjelasan Kapolda, Kapolri dan direktur-direktur terkait," ujar Wakil Ketua MKD DPR, Junimart Girsang di depan ruang sidang MKD DPR.

Usai dimintai keterangan pihak MKD DPR, Brigjen Arkian Lubis menolak memberikan penjelasan perihal pemeriksaannya. "Oh..jangan saya lah. Tanya ke pihak sana saja," ujarnya singkat.

Sebelumnya, mantan Kapuspenkum Kejaksaan Agung RI, Soehandoyo melaporkan anggota DPR dari PDI Perjuangan, Henry Yosodiningrat ke MKD DPR atas dugaan pelanggaran kode etik Henry sebagai anggota DPR, yakni menggunakan kop surat lembaga DPR RI untuk kepentingan pribadi dan melakukan intervensi terhadap pihak kepolisian.

Kuasa hukum RJ Soehandoyo, Adi Warman menceritakan, kasus tersebut bermula dari terpilihnya Henry Yosodiningrat sebagai komisaris perusahaan tambang emas di Sultra, PT Panca Logam Makmur.

Awalnya susunan direksi dan komisaris PT Panca Logam Makmur adalah Tommy Jingga selaku direktur dan RJ Soehandoyo selaku komisaris, yang dipilih melalui rapat di hadapan notaris.

Namun seiring berjalannya waktu, Tommy Jingga selaku direktur terlibat kasus dan terbukti bersalah melakukan Tindak Pidana Penggelapan dalam jabatan bersama-sama dengan Manajer Keuangan, PT Panca Logam Makmur, Fahlawi Mudjur Saleh Wahid.

Berdasarkan Pasal 5 AD/ART PT Panca Logam Makmur, jika oleh suatu sebab semua jabatan anggota direksi kosong, maka untuk sementara waktu perusahaan diurus Dewan Komisaris, yang dalam hal ini adalah RJ Soehandoyo.

RJ Soehandoyo selaku komisaris pun segera menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk memilih direksi definitif perusahaan.

Namun, dalam kesempatan itu para pemegang saham mayoritas tidak berkenan hadir sehingga RUPS pemilihan direksi definitif tidak kunjung terlaksana. Dugaan ketidakhadiran mereka karena takut adanya audit perusahaan.

Pada gilirannya, pemegang saham mayoritas justru melakukan RUPS melakukan pergantian pengurus perusahaan secara sepihak dan berulang kali hingga akhirnya anggota DPR RI, Henry Yosodiningrat ditawari menjadi Komisaris Utama di PT Panca Logam Makmur dan diberikan saham 10 persen.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini