TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Di Indonesia belum ada panti untuk menampung anak-anak terinfeksi HIV yang terbengkalai.
Indonesia harus mencontoh Thailand dalam hal mengurus anak-anak ini.
Hal tersebut disampaikan oleh Natasya Sitorus, Manajer Advokasi dan Psikososial Lentera Anak Pelangi kepada Tribunnews.com, Kamis (23/7/2015).
Saat ini banyak anak-anak yang terinfeksi HIV sudah menjadi yatim piatu dan hanya dirawat oleh kakek atau nenek mereka.
Selain itu tidak ada anggota keluarga lain yang mengetahui status anak-anak tersebut.
Anak-anak tersebut kemudian bisa terbengkalai dan kehilangan tempat tinggal. Padahal mereka membutuhkan pengasuhan dan tempat tinggal agar kebutuhan mereka terhadap Antiretroviral (ARV) terpenuhi.
Di Indonesia belum ada panti khusus untuk menampung anak-anak yang mengalami kasus ini.
Indonesia kalah dari negara tetangga, Thailand, dalam mengatasi permasalahan tersebut.
Natasya mengatakan Thailand berani mendirikan panti khusus untuk menampung anak-anak terinfeksi HIV yang terbengkalai.
Menurut Natasya, di sana segala kebutuhan anak pasti terpenuhi. Mereka juga memiliki tenaga ahli yang terlibat dalam keseharian panti. Pendidikan anak-anak ini juga diperhatikan.
“Setelah berusia 18 tahun mereka siap dikembalikan ke masyarakat atau diberdayakan untuk membantu mengelola panti dan anak-anak kecil,” papar Natasya.
Pada Hari Anak Nasional tahun ini, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengangkat tema Wujudkan Lingkungan dan Keluarga Ramah Anak.
Menurut Natasya, ketiadaan panti khusus tersebut membuat anak-anak yang terinfeksi HIV menjadi terlantar.
“Mereka menjadi anak jalanan, terlibat criminal, penggunaan obat-obatan terlarang, serta seks bebas. Mereka pun jadi menularkan HIV,” jelas Natasya.