TRIBUNNEWS.COM - Bagi masyarakat di Inggris, perayaan Natal tak terasa lengkap bila sehari setelahnya tidak diikuti dengan tradisi Boxing Day.
Bagi rakyat Indonesia awam, Boxing Day kerap ditafsirkan sebagai hari di mana klub-klub di Liga Inggris kembali bertanding pada 26 Desember atau H+1 setelah Natal.
Namun demikian, Boxing Day ternyata memiliki makna yang lebih mendalam dan memiliki sejarah yang cukup lama di tanah Britania Raya.
Berikut penjelasan singkat terkait asal muasal Boxing Day yang menjadi tradisi Natal di Inggris.
Sejarah Boxing Day
Boxing Day, yang dirayakan setiap tanggal 26 Desember, memiliki sejarah yang panjang dan kaya, terutama di negara-negara yang memiliki hubungan sejarah dengan Inggris.
Dikutip dari Buku Mid-winter festivals: anthology of stories, traditions, and poems yang ditulis oleh Nancy Robb, nama "Boxing Day" mengacu pada tradisi pemberian kotak hadiah atau Christmas boxes.
Hadiah tersebut khusus diberikan kepada pekerja, pelayan, atau orang-orang kurang mampu pada hari setelah Natal.
Kotak ini biasanya berisi uang, hadiah, atau barang kebutuhan sehari-hari sebagai bentuk penghargaan dan kebaikan.
Tradisi ini bermula pada zaman Inggris tepatnya di era Victoria.
Pada masa itu, para asisten rumah tangga (ART) biasanya tetap bekerja sepanjang Hari Natal untuk melayani keluarga majikan mereka.
Baca juga: 3 Pasangan Artis Rayakan Natal di Luar Negeri, Chelsea Olivia dan Glenn Alinskie ke Beijing
Setelah melewati kesibukan tersebut, mereka diberi hari libur pada tanggal 26 Desember agar dapat merayakan Natal bersama keluarga mereka sendiri.
Sebagai tanda terima kasih, para majikan memberikan "kotak Natal" yang berisi hadiah, uang, atau makanan dari perayaan Natal sebelumnya.
Selain itu, Boxing Day juga memiliki kaitan dengan tradisi gereja.
Pada masa Advent, gereja-gereja sering mengumpulkan sumbangan dalam kotak amal.