TRIBUNNEWS.COM, JOMBANG - KH Miftachul Akhyar, Rais Syuriah PWNU Jawa Timur mengaku kecewa dengan suara pengurus cabang Nahdlatul Ulama (NU) Jatim yang tidak solid saat pengambilan voting sistem pemilihan Rais Aam dan Rais Tanfidiyyah dengan menggunakan sistem Ahlul Halli wal Aqdi (AHWA).
PWNU Jatim sebagaimana diketahui adalah penggagas sistem AHWA yang akan diterapkan dalam Muktamar NU ke-33. "AHWA datangnya dari Jatim, jauh sebelum PBNU punya gagasan itu, Jatim punya konsep dan ingin menerapkannya," kata Kiai Miftach di Media Center, Rabu (5/8/2015).
"Sampai saat ini kami berkomitmen, sayang muncul dari jatim suara pecah. Mereka menafikkan keberadaan PWNU Jatim. Padahal saya pasang badan mengawal AHWA. Bilamana kami gagal maka saya akan melepaskan jabatan saya sebagai konsekuensi," tambah Kiai Miftach.
Kiai Miftach menjelaskan akan mengambil tindakan tegas terhadap anggota cabang Jatim yang membelot dengan tidak mendukung sistem AHWA. Dia juga menyatakan malu terhadap DKI dan Jawa Tengah yang solid.
"Kami secara bijaksana akan menangani sebaiknya cabang kami. Akan ada hukuman tebal tipisnya tergantung pelanggaran ketaatan. Sebab di NU itu ketaatan adalah ruh. Kami malu pada DKI dan Jateng yang solid hingga akhir," katanya.