TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – General Motors (GM) Indonesia sedang konsolidasi internal setelah statusnya berubah dari manufaktur menjadi distribusi. Dalam prosesnya itu, GM Indonesia akan memfokuskan diri pada pelayanan konsumen.
"Lebih baik kita melayani 100 konsumen tapi puas, dari pada 10.000 konsumen tapi komplain semua," kata Kepala Hubungan Eksternal GM Indonesia, Yuniadi Hartono, di Jakarta, Jumat (7/8/2015).
Sementara saat disinggung masa depan Chevrolet Spin di Indonesia, Yuniadi mengaku masih didalami secara internal. Artinya, GM Indonesia masih enggan membahas strategi kelanjutan low MPV itu di Tanah Air.
Maklum, setelah penutupan pabrik di Indonesia, satu-satunya jalan menghadirkan Chevrolet Spin di Indonesia adalah dengan mengimpor secara utuh dari Brasil.
Sayang, rencana itu dinilai tak menguntungkan karena pemerintah baru saja menaikkan bea masuk impor CBU khusus dari negara-negara yang tak punya kerjasama perdagangan seperti Brasil.
Aturan itu tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 132 Tahun 2015 yang menyatakan bea masuk CBU naik dari 40 persen menjadi 50 persen.
Jika tak juga memutuskan langkah apa yang diambil terkait nasib Chevrolet Spin, praktis GM Indonesia hanya akan menjual dua model CBU yaitu Orlando dan Captiva.
”Kami masih analisa lebih lanjut dampaknya secara nasional seperti apa. Produk kami memang diproduksi di negara yang memiliki Free Trade Aggrement seperti Thailand dan Korea Selatan, ketentuan bea masuk baru tidak dikenakan,” terang Yuniadi.