TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu angkat bicara soal wacana pemerintah meminta maaf ke keluarga Partai Komunis Indonesia (PKI).
Menurut Ryamizard, pemerintah Indonesia melalui Presiden RI, Joko 'Jokowi' Widodo, tak perlu meminta maaf. Secepat mungkin mantan KASAD itu akan menyampaikan itu kepada Presiden agar tak melakukan hal itu.
"Ya akan saya sampaikan ke presiden, ngapain minta maaf," kata Ryamizard di kantornya, Rabu (19/8/2015).
Ryamizard bahkan menekankan penggunaan logika dalam perkara ini. Menurutnya, pemberontak tak perlu dimintai maaf karena telah merugikan negara. Apalagi peristiwa itu telah menewaskan banyak jenderal TNI Indonesia.
"Pake logika aja, yang berontak siapa, yang bunuh duluan siapa, yang bunuh tentara kita siapa? Masa yang berontak dan membunuh kita malah minta minta maaf," kata Menhan.
Hal itu, menurut Menhan, sama dengan korban pemukulan yang diharuskan meminta maaf ke pemukul. Untuk itulah, semua pihak diminta melupakan masa lalu, tak ada gunanya mengungkit yang sudah-sudah. Lebih baik, pemerintah dan semua elemen masyarakaat membangun bangsa Indonesia.
Menantu mantan wakil presiden Try Sutrisno itu juga meminta pihak-pihak tertentu untuk move on, tidak terjebak masa lalu. Pengalaman-pengalaman yang sudah terjadi sebaiknya disikapi bijak dengan menjadikan pelajaran. Ia mencontohkan penjajah Indonesia yang tak meminta maaf namun negara ini terus bisa maju.
"Lupakan sajalah, nanti kalau sudah kita minta maaf, nanti mereka minta ganti rugi, gitu aja terus tidak selesai-selesai. Cukup jadikan pelajaran. Yang menjajah wilayah-wilayah Indonesia juga ga minta maaf. Ikhlaskan, kita fokus kedepan," ujarnya.
Ryamizard juga mencontohkan sisi negatif menyimpan dendam. Orang tua yang berbuat kesalahan pada anaknya, namun sang anak tak pernah menyimpan dendam. Rasa cinta yang mendasari sifat anak itulah yang haarus dicontoh.
"Jadi keularga PKI ini sayang tidak sama Indonesia. Tak perlulah simpan dendam. harus berfikir jernih, kalau dendam ga pernah maju-maju, bertambah komplex masalah kita," imbuhnya.