TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bicara terbata-bata, tak ada senyum dan sesekali mengerenyitkan dahi.
Itulah gambaran dari wajah anggota Panitia Seleksi (Pansel) pimpinan KPK, Yenti Garnasih, saat dimintai tanggapan oleh wartawan adanya peringatan atau warning Kepala Bareskrim Komjen Budi Waseso (Buwas) ke Pansel pimpinan KPK, usai melaksanakan wawancara calon pimpinan KPK di kantor Setneg, Jakarta, Selasa (28/8/2015).
Sebelumnya, Buwas mengingatkan Pansel pimpinan KPK akan membuka ke publik dan meminta pertanggungjawaban jika pihak pansel tidak menggubris atau tetap meloloskan calon pimpinan KPK bermasalah sebagaimana rekomendasi hasil penelusuran atau tracking lembaganya.
Yenti mengaku belum sempat membaca pernyataan Buwas yang memberi peringatan itu di media massa. Ia pun menyempatkan membaca lewat telepon pintarnya di sela wawancara dengan wartawan.
"Ini semaca warning. Tapi, semua hasil dari tracker juga warning. Tapi, ini agak serius," kata Yenti dengan terbata-bata.
Menurut Yenti, pihaknya memang meminta bantuan sejumlah lembaga untuk menelusuri rekam jejak calon pimpinan KPK. Di antaranya KPK, Bareskrim, BIN, LSM Indonesia Corruption Watch (ICW) dan PPATK. Dan setiap lembaga itu mempunyai metode dan sasaran penelusuran masing-masing. "Saya sendiri belum tahu maksudnya (pernyataan Buwas)," ujar pengamat hukum pidana bidang ekonomi dan tindak pidana pencucian uang itu.
Yenti sendiri menolak siapa saja dari 19 calon pimpinan yang mendapat catatan khusus dari pihak Bareskrim.