TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sudirman (28) dan Badar (30), dua warga negara Indonesia (WNI) yang baru saja berhasil dibebaskan dari penyanderaan kelompok bersenjata di Papua New Nugini (PNG) pada Kamis (17/9/2015), berbagi cerita pengalaman hidupnya selama disandera kelompok tersebut.
Bentakan hingga pukulan menjadi 'makanan' keduanya selama 9 hari dalam penguasaan kelompok penyandera.
Cerita tersebut disampaikan kepada Kapolda Papua, Irjen Paulus Warterpaw, yang mengunjungi keduanya di RS Bhayangkara Jayapura pada Sabtu (19/9/2015) siang waktu setempat.
Menurut Paulus, dirinya tidak bisa banyak bertanya kepada Sudirman dan Badar yang masih terkulai lemas di kamar rawat rumah sakit.
Kedua warga asal Buton, Sulawesi Tenggara itu pun masih diberikan cairan infus lantaran kekurangan cairan akibat penyanderaan tersebut.
Namun, Sudirman dan Badar banyak sedikit mengingat apa yang terjadi pada mereka pada hari demi hari bersama kelompok bersenjata itu.
Sudirman dan Badar mengaku tiga kali berpindah tempat selama 9 hari disandera oleh kelompok bersenjata di hutan perbatasan Indonesia-PNG.
Tak jarang, keduanya juga dipaksa untuk ikut membantu pembuatan camp kelompok bersenjata.
Selama dalam penguasaan kelompok tersebut, Sudirman dan Badar yang kesehariannya menjadi pekerja penebang kayu itu pun kerap dibentak hinga dicaci.
Pun beberapa bagian tubuh Sudirman dan Badar menjadi sasaran empuk pukulan dan tendangan anggota kelompok bersenjata tersebut.
"Ada beberapa luka di badan mereka. Mereka bilang sering dipukul, ada yang di perut dan lainnya," ujar Paulus.