News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gizi Buruk dan Gizi Lebih Jadi Tantangan Negara Maju dan Berkembang

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Sugiyarto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penderita gizi buruk dan lumpuh layu, Sitti Fatima balita usia 3 tahun memiliki berat badan 5 Kg digendong ibunya di kediamannya Jl Dg Tata III lr 8, Kel Parang Tambung, Kec Tamalate, Makassar, Sulsel, Selasa (17/3/2015). Anak dari Mustari Dg Gassing (42) dan Hamdana Dg Baji (31) terpaksa pasrah merawat anaknya dirumah karena tidak memeiliki dana untuk berobat. TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beban gizi buruk dan gizi lebih harus dilihat sebagai tantangan pembangunan.

Tantangan ini tidak hanya dihadapi oleh negara rentan, namun juga negara berkembang dan bahkan maju.

“Kita tengah menghadapi perubahan besar-besaran dalam populasi dunia. Pada tahun 2050 penduduk dunia diestimasi akan mencapai 8-11 milyar, yang akan menyebabkan kebutuhan pangan yang jauh meningkat," kata

Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek saat forum bertajuk Food Security, Nutrition, and Health: Harnessing Multi-sectoral Partnerships for the Post-2015 Development Agenda” di New York.

Forum ini jadi media berbagi pengalaman dan membangun kemitraan antar negara guna mempertegas upaya menghadapi permasalahan ketahanan pangan, nutrisi, dan kesehatan dalam kerangka Agenda Pembangunan Pasca-2015.

Di sisi lain, sebut Nila dalam keterangan pers yang diterima Tribunnews, Minggu (27/9/2015), perubahan iklim telah memberikan dampak pengurangan jumlah hasil panen.

Ini akan menjadi sebuah tantangan besar untuk ketahanan pangan, nutrisi, dan kesehatan, terutama untuk kelompok rentan.

Ertharin Cousin, Executive Director World Food Programme menyatakan, meski pertumbuhan ekonomi terus terjadi, kasus seperti stunting masih menjadi permasalahan besar untuk sebagian besar negara di dunia.

Gizi kurang masih menjadi permasalahan besar kesehatan masyarakat di abad ke-21 ini.

Data WHO mencatat bahwa terdapat 162 juta balita penderita stunting di seluruh dunia, dimana 56% berasal dari Asia.

Indonesia bahkan termasuk dalam lima besar negara dengan prevalensi stunting tertinggi di Asia-Afrika.

Meera Shekar, moderator forum mengingatkan begitu sel otak terganggu karena kekurangan gizi, maka potensi sumber daya manusia itu akan selamanya mengalami kekurangan.

Ertharin menegaskan pentingnya untuk memahami kandungan gizi dalam makanan.

“Pendapat umum adalah makanan yang bergizi adalah makanan mahal. Memastikan bahwa harga bahan makanan yang bergizi terjangkau untuk semua belum cukup. Perlu dipastikan juga bahwa masyarakat memiliki pengetahuan mengenai makanan yang bergizi” ujarnya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini