Sekitar pukul 10.00 WIB, mayat pertama berhasil diangkat. Mayat tersebut sudah berada dalam kondisi membusuk, dan mengeluarkan bau tidak sedap.
Yusuf saat itu berada sekitar 20 meter dari lokasi penggalian, ia mengaku dapat dengan jelas mengendus bau anyir. Proses tersebut akhirnya berakhir sekitar pukul 13.00 WIB, setelah mayat ke tujuh diangkat.
Setelahnya, berangsur-angsur tentara yang berada di lokasi beranjak pulang. Tentara yang menyuruh Yusuf dan teman-temannya menggali, membiarkan mereka begitu saja tanpa petunjuk lebih lanjut.
Akhirnya pada Senin sore setelah semua tentara sudah pergi, Yusuf dan teman-temannya kemudian memberanikan diri untuk pulang ke kediamannya masing-masing.
"Kita tidak tahu jenazah siapa itu. Setelah sekitar empat hari, saya baru baca di koran, ternyata itu jenazah tujuh pahlawan revolusi, korban PKI," ujarnya.
Melalui pemberitaan di koran Yusuf mengetahui tujuh pahlawan revolusi itu diculik dari kediamannya masing-masing pada Kamis malam, 30 September 1965. Mereka dibawa ke wilayah Lubang Buaya, untuk kemudian dibunuh.
Di lokasi tempat diketemukannya mayat tersebut, sejak sekitar tiga bulan sebelumnya memang sudah ramai dijadikan tempat latihan ribuan anggota Pemuda Rakyat.
Yusuf mengetahui para anggota Pemuda Rakyat itu tengah menggelar latihan militer, untuk persiapan operasi penyerbuan Malaysia.
Suara gaduh, desingan peluru, hingga nyanyian "Genjer-genjer" yang dinyanyikan oleh ribuan orang, bukan lah hal yang mencurigakan bagi Yusuf dan warga Lubang Buaya lainnya.
Oleh karena itu tak seorang pun curiga, dengan keramaian yang terjadi pada malam Jumat, 30 September 1965, di sekitar lokasi penemuan jenazah.