TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dugaan lokasi jatuhnya pesawat Twin Otter Aviastar jenis PK BRM dengan Nomor Ekor 7503 telah diketahui.
Ini berdasarkan sinyal telepon genggam kru pesawat. Selain itu, diperkuat pengakuan seorang tukang kayu.
General Manager Bussiness Commercial Development Aviastar, Petrus Budi Prasetyo mengatakan pihaknya menerima laporan ada informasi sinyal hp dari kru yang terlacak
"Ada dua laporan sinyal terlacak dari pilot dan enginer. Kalau dari sinyal hp milik enginer, sinyal hp persis 3 derajat 20 menit 14 detik lintang selatan dan 120 derajat 21 menit 7 detik bujur timur," tuturnya ditemui di kantornya, Sabtu (3/10).
Sementara itu, ada keterangan saksi, seorang tukang kayu di sekitar Palopo melihat pesawat melintas di atas terbang rendah.
Untuk mencari lokasi jatuhnya pesawat, tim gabungan telah menerbangkan dua pesawat Twin Otter dan satu helikopter. Tim menyisir lokasi tempat terlacaknya sinyal.
"Area 1234 akan disisir pagi ini," kata dia.
Pesawat Twin Otter Aviastar jenis PK BRM dengan Nomor Ekor 7503. Untuk maintanance peawat terakhir pada (15/9). Pesawat buatan Kanada itu diproduksi pada tahun 1981. Sementara kondisi cuaca pada saat take off pesawat dinyatakan baik.
Untuk diketahui telah terjadi hilang kontak GHS6 yang dioperasikan Aviastar pada pukul 14.25 WITA take off dari bandara udara Andi Jemma menuju Masamba, pada pukul 14.33 terakhir hilang kontak.
Diperkirakan pesawat itu akan tiba di Makassar pada pukul 15.39. Registrasi PKBRM. Kemudian pukul 16.30 pesawat dinyatakan hilang oleh Airnav.
Di dalam pesawat tersebut ada dua cockpit crew capt Irifriadi Co pilot Yudistira dan Enginer Sukris.
Penumpang tujuh orang, lima diantaranya orang dewasa yaitu Nurul Fatimah, Lisa Falentin, Risa Arman, Sakhi Arqam, dan Muhammad Natsir. Sedangkan ada juga dua orang bayi yakni Afif, dan Raya.