Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, ARAB SAUDI- Saat matahari mulai bersinar cukup terik tiba-tiba sebuah kabar duka terdengar dari Mina, Kamis (24/10/2015).
Saat itu, informasi berkembang begitu cepat bila ada peristiwa desak-desakan jemaah di sekitar Mina sekitar pukul 07.30 Waktu Arab Saudi (WAS).
Banyak korban meninggal dunia dalam kejadian tersebut, tetapi belum dikatuhi secara jelas ada tidaknya jemaah Indonesia yang menjadi korban. Bahkan hingga mendekati pertengahan siang, belum jelas lokasi kejadiannya dimana sampai akhirnya diketahui lah bila lokasinya berada di Jalan 204 atau Jalan Arab.
Saat itu, Kepala Daerah Kerja Mekkah Arsyad Hidayat memberikan keterangan resminya bila lokasi kejadian bukan jalan yang biasa dilewati jemaah haji Indonesia. Jalan tersebut berada diantara tenda-tenda yang dihuni jemaah haji dari wilayah Afrika.
Namun belakangan ternyata banyak jemaah haji Indonesia yang melintas ke jalur tersebut akibat adanya pembelokan arus mobilisasi jemaah dari arah Mina Jadid menuju Jamarat yang dilakukan pihak Arab Saudi.
Saat itu Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin langsung menggelar rapat dan membentuk tiga tim untuk memastikan jumlah jemaah haji Indonesia yang menjadi korban tragedi tersebut.
Ada tiga tim saat itu yang dibentuk, tim pertama bertugas mendata ulang jamaah yang belum kembali ke rombongan. Tim Kedua, mencari jejak korban di rumah sakit Arab Saudi, dan tim ke tiga yang dipimpin Letkol Jaetul Muchlis dari perlindungan jemaah diberi tugas memastikan jumlah korban yang wafat dalam tragedi tersebut.
“Makanya, akses kami tentunya mungkin agak unik, ke kamar-kamar jenazah ataupun ke penampungan pemulasaraan jenazah yang ada di Arab Saudi,” tutur Muchlis mengawali penuturannya belum lama ini.
Mendapat tugas khusus tersebut tim yang beranggotakan empat orang tersebut terdiri dari Letkol Jaetul Muchlis petugas PPIH dari unsur TNI yang sekaligus memimpin tim tersebut, Naif Bahri Tenaga Musiman (Temus) yang direkrut Kementerian Agama, dr Taufik Tjahjadi dari unsur Kementerian Kesehatan, dan Fadli Ahmad dari Konsulat Jenderal RI (KJRI) langsung bergerak mencari berbagai celah informasi di mu’aishim.
Lebih dari 1 x 24 jam sejak peristiwa Mina terjadi, tim tersebut baru bisa mendapatkan akses dari mua’ishim. Saat itu, pemerintah Arab Saudi baru merilis foto-foto jenazah korban Mina.
Atas dasar foto tersebut menjadi modal awal bagi tim yang dipimpinnya untuk mencari jemaah haji Indonesia “Foto-foto yang sudah dipublish, bisa kita lihat, kita amati. Itulah modal awal kami untuk mencari jamaah,” ujarnya.
Saat itu terpampang ribuan foto jenazah korban Mina dari berbagai negara. Tim tersebut harus mengamati secara detail satu persatu foto jenazah yang dipublis pihak Arab Saudi di dua ruangan yang ada di Muaishim.
Memang pihak Arab Saudi sebelum merilis foto terlebih dahulu mengeluarkan jenazah yang ada di dalam container kemudian difoto, lalu diambil sidik jarinya, serta diambil sampel DNA-nya. Sementara barang-barang yang melekat seperti tas yang ada pada jenazah diamankan dan disimpan dalam sebuah file untuk mendukung proses identifikasi yang dilakukan.
Meskipun sudah mendapatkan foto-foto yang disinyalir jemaah haji Indonesia, tetapi untuk memastikannya tentu harus diselaraskan dengan file barang-barang yang sebelumnya diamankan pihak muaishim. File tersebut disimpan di ruang lain yang jaraknya berdampingan dengan ruang jenazah. Tidak mudah untuk menembus file data pendukung tersebut.
“Inilah yang senantiasa kita lakukan siang malam. Dengan pendekatan-pendekatan khusus, kita coba menembus akses. Karena institusi yang ada di sini, baik kepolisiannya, kesehatannya, boleh dikatakan agak sulit kita tembus aksesnya,” ucap Muchlis.
Berbagai cara digunakan untuk menembus akses tersebut, mulai dari bahasa hingga cultural. Saat itu Temus bernama Naif Bahri yang menjadi penyambung lidahnya. Kebetulan ia baik dalam penguasaan bahasa arabnya serta mengetahui kultur orang Arab.
Pendekatan tersebut ternyata mampu mendobrak akses yang sebelumnya sulit ditembus “ Pak Naif ini yang tahu kultur, bahasa, dan habitnya orang arab sini. Dia tahu hal-hal yang bisa menyentuh dan mempererat silaturahmi sehingga mereka bisa terbuka. Itu kami lakukan,” ujarnya.
Dikatakan menggunakan kultur yang biasa dilakukan orang Arab seperti peluk kanan kiri, cipika cipiki dilakukan tim saat bertemu dengan para petugasnya “Kita ekspose apa yang mereka senangi. Kita perkenalkan Indonesia sehingga ada komunikasi. Kalau ada komunikasi, terjalin harmoni di antara kami dengan mereka. Inilah jalan akses kami masuk ke situ,” ucapnya.