TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR RI, Adian Napitupulu, mengkritisi sikap pimpinan DPR yang kenakan masker dalam rapat paripurna, Jumat (30/10/2015).
Penggunaan masker itu kata Adian konon katanya untuk solidaritas terhadap rakyat yang sedang terkena asap dari hutan yang terbakar.
Menurut politikus PDI Perjuangan itu, sebagai legislator pimpinan DPR seharusnya tidak perlu menunjukan solidaritas dengan cara yang norak dan kekanak-kanakan.
Kepedulian terhadap korban asap bisa dengan merevisi UU yg melegitimasi pembakaran hutan, salah satunya UU no 32 tahun 2009.
"Apa yg dilakukan para pimpinan DPR itu menjadi dagelan yang tidak lucu karena rakyat sangat tahu bahwa ketika hutan terbakar, para pimpinan itu justru merasa lebih penting bertemu Donald Trump dan selfie dengan 'cheer leaders' ber-rok mini daripada meninjau lokasi kebakaran hutan," kata Adian di Gedung DPR, Jakarta.
Selain merevisi UU, kata Adian hal lain yang harusnya dilakukan oleh pimpinan DPR adalah memperjuangkan anggaran yang lebih besar untuk mencegah kebakaran hutan dikemudian hari.
"Ketika pimpinan DPR menggunakan masker tapi berdiam diri terhadap beragam peraturan perundangan yang melegitimasi pembakaran hutan, tidak memperjuangkan anggaran untuk pencegahan dan penanganan asap maka jelas bahwa apa yg dilakukan pimpinan DPR adalah memanfaatkan penderitaan rakyat korban asap untuk popularitas dirinya," tuturnya.
Disisi lain lanjut Adian, menggunakan masker dalam Rapat Paripurna menjadi sebuah penghinaan terhadap Indonesia ketika masker 'norak' itu tetap digunakan saat lagu Indonesia Raya dinyanyikan.
"Sedih kita melihat para pimpinan DPR menjadikan rakyat dan lagu Indonesia Raya menjadi olok olok yang tidak lucu hanya untuk mengejar popularitas dan pencitraan. Para pimpinan itu bukan saja tidak punya rasa kebangsaan tapi juga jangan-jangan mereka tidak punya hati nurani," ujarnya.
Lelucon Masker itu lanjut Adian, umumnya disebut sebagai aksi teaterikal yang biasa dilakukan mahasiswa.
Ketika aksi teaterikal itu justeru dilakukan juga disaat paripurna oleh para pimpinan DPR maka sepertimya dimasa muda mereka tidak pernah lakukan demonstrasi termasuk aksi-aksi teaterikal.
"Menyedihkan memang hidup tanpa lewati masa muda," katanya.