TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Empat pesawat terbang, yakni 3 pesawat Casa dan 1 pesawat CN-295 terus terbang melakukan penyemaian awan.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho katakan, Pesawat ditempatkan di Pekanbaru, Palembang, Pontianak dan Palangkaraya.
"Total 284,9 ton garam (NaCl) yang ditaburkan ke dalam awan sejak Juni hingga sekarang. Hujan buatan dilakukan oleh BPPT, BNPB, TNI AU dan KLHK," sebut Sutopo kepada Tribun, Sabtu (31/10/2015).
Garam dapur (NaCl) dengan butiran sangat kecil ditaburkan pada awan-awan Cummulus. Butir NaCl bersifat higroskopis yang menyerap butir-butir air dalam awan sehingga bertambah besar ukuran butirnya.
Dijelaskan, adanya proses tumbukan dan penggabungan di dalam awan menyebabkan turunnya hujan.
Kombinasi antara hujan buatan dan hujan alam yang turun cukup merata di Sumatera dan Kalimantan selama 26-30 Oktober 2015 telah menyebabkan kondisi membaik.
Semua indikator seperti jumlah hotspot, jarak pandang dan kualitas udara menunjukkan kondisi yang membaik secara signifikan.
Hotspot menurun. Jika sebelumnya jumlah hotspot sering mencapai ribuan, misal 2.218 hotspot di Indonesia pada 24-10-2015, namun Sabtu (31-10-2015) hanya 402 hotspot.
Begitu pula jarak pandang, jika sebelumnya rata-rata kurang dari 500 m, namun saat ini sudah menjauh.
Pagi ini di Padang 4 km, Pekanbaru 7 km, Jambi 2,8 km, Palembang 800 m, Pontianak 2 km, Palangkaraya 1,5 km, dan Banjarmasin 6 km.
Indeks kualitas udara (PM10) yang sebelumnya banyak kota sering level Berbahaya, pada hari ini kota-kota di Sumatera dan Kalimantan berada pada level Baik-Sedang.
Sesuai dengan prediksi BMKG bahwa 26-31 Oktober 2015, hujan dan awan-awan potensial banyak di Sumatera dan Kalimantan.
Untuk mempercepat dan meningkatkan intensitas hujan, maka Pemerintah mengintensifkan operasi hujan buatan.
Presiden Joko Widodo telah memerintahkan hujan buatan ditingkatkan saat banyak awan seperti sekarang. Bahkan TNI AU akan mengirim pesawat Hercules C-130 untuk hujan buatan.