Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - "Priston" anjing pelacak jenis herder kebanggaan Mabes Polri itu kini telah tiada.
Priston gugur setelah kelelahan selama ikut Operasi Camar Maleo untuk memburu jaringan teroris kelompok Santoso di Poso.
Jasa-jasa Priston cukup banyak, Priston lah yang ternyata berhasil mendeteksi keberadaan kaki tangan Santoso, yakni Daeng Koro alias Sabar Subagio saat Operasi Camar Maleo kedua beberapa bulan lalu.
Atas ketangguhan penciuman Priston, anggota Densus 88 Mabes Polri berhasil menembak mati Daeng Koro pada April 2015 silam di pegunungan Sakina Jaya, Desa Pangi Kecamatan Paringi Utara, Kabupaten Parimo Sulawesi Tengah.
“Priston telah mati. Dia (Priston) mati karena pendarahan, keluar darah dari hidungnya. Priston kecapean dan kepanasan. Medan di Poso memang cukup berat,” ujar Pawang Direktorat Satwa Mabes Polri, Brigadir Rahmat di Bareskrim, Kamis (19/11/2015).
Anjing lainnya yang juga rekan Priston dan sama-sama ikut beroperasi di Poso Deq tipe herder asal Belanda. Pada Rabu (18/11/2015) kemarin, Deq unjuk gigi di Bareskrim Mabes Polri.
Kemarin, Deg ikut bersiaga di Bareskrim menjaga pemeriksaan RJ Lino sebagai saksi dugaan korupsi pengadaan 10 Mobile crane selama enam jam penuh.
Rahmat menambahkan Deq juga dipersiapkan untuk melacak rekan Daeng Koro yakni gembong Mujahiddin Indonesia Timur yang dipimpin oleh Santoso. Deq telah ikut delapan kali selama operasi kedua yang berlangsung sekitar bulan Mei hingga Juni.
Dari delapan kali beroprasi tersebut, dilakukan di tempat-tempat yang berbeda seperti di Taman JK di daerah Poso Pesisir Selatan. Di wilayah Poso Pesisir Selatan ini, operasi juga dilakukan di Pengunungan Pino Data dan Pengunungan Sausu.
“pas operasi, Priston bertugas di Sakinah Jaya. Sementara Deq di daerah Poso,” kata Rahmat.