TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Agus Supriatna mengatakan, pihaknya telah melakukan sejumlah kajian terkait pembelian helikopter AgustaWestland AW101 Merlin buatan Italia sebagai helikopter kepresidenan RI.
Menurutnya, pengadaan helikopter Skuadron 45 VVIP, sebagai tanggung jawab pihaknya untuk memberi pelayanan terhadap kepala negara, serta tamu negara. Agus membantah, pembelian heli merupakan permintaan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Ini bukan permintaan presiden, ini rencana dan strategi (renstra) saya, tanggung jawab saya untuk Skuadron VVIP. Harus nyaman aman dan tentram, ini sudah berdasarkan kajian renstra TNI AU 2015-2019," kata Agus kepada wartawan di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (26/11/2015).
Menurutnya, sejumlah kriteria yang membuat TNI AU memilih AW-101 diantaranya, ketinggian kabin minimal 180 cm. Selanjutnya, tiga mesin yang terdapat dalam helikopter buatan Italia tersebut juga dianggap menunjang visibilitas terbangnya.
"Setelah kami lihat, kabin harus tinggi, kita harus menghargai tamu negara, AW ini tingginya 183 cm. Kedua, dia take off langsung pakai tiga mesin, jalan dua mesin, landing dua mesin. Pengalaman saya, pakai F-16 yang satu mesin, jelas beda dan lebih enak Sukhoi yang pakai dua mesin," katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Agus menegaskan, penggunaan helikopter dengan teknologi terbaru juga dapat menambah profesionalisme prajurit. Namun, pembelian alutsista, mesti memiliki pertimbangan ongkos perawatan selain biaya saat membeli.
"Ini hasil kajian, dan pengalaman untuk menambah profesionalisme. Jangan sampai operating cost lebih mahal dibanding belinya," kata Agus.