TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - "Masing-masing umat beragama tidak usah terpancing oleh beragam broadcast bernada memecah belah jelang Natal."
Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Maarif Institute Fajar Riza Ul Haq di sela acara dialog para peserta Jambore Pelajar Se-Jawa 2015 dengan pihak Gereja Katedral dan pengelola Masjid Istiqlal, Rabu (23/12/2015).
Harus diingat, kata dia, bangsa Indonesia sudah berhasil menunjukkan kualitas hubungan antar umat beragama yang membanggakan dalam beberapa tahun terakhir.
Utamanya terkait suasana kondusif perayaan hari besar keagamaan.
"Ini wajah negeri kita yang menyejukkan meskipun selalu ada riak-riak dari realitas perbedaan," kata Fajar.
Karena itu pula dia meminta polemik hukum mengucapkan selamat Natal tidak perlu dipertajam selama masing-masing umat beragama saling menghargai.
Kedewasaan dalam bergaul itu mutlak jika bangsa ini berkomitmen pada prinsip kebinekaan yang otentik.
"Kita harus terus mengedepankan nilai-nilai moralitas publik dan praktek kesalehan sosial dalam berinteraksi tanpa terjatuh pada fanatisme agama yang membutakan," pesannya.
"Kita perlu bercermin pada tauladan para tokoh bangsa terdahulu, yang tetap menjaga persahabatan meskipun berbeda prinsip dan pilihan politik," tandasnya.
Dalam konteks komitmen ini, MAARIF Institue memfasilitasi ruang dialog para peserta Jambore Pelajar Se-Jawa dengan pihak Gereja Katedral dan pengelola Masjid Istiqlal. Mereka berkunjung dan berdialog dengan perwakilan Gereja Katedral dan Mesjid Istiqlal Rabu (23/12/2015).
Ketua Pelaksana Jambore Abdullah Daraz, ada 101 pelajar SMA dan Madrasah Aliyah dari 30 kota se-Jawa yang mengikuti jambore yang dibuka Gubernur DKI Basuki Tjahaya Purnama ini Senin, (21/12/2015).
Tujuan kegiatan tahunan Jambore ini, kata dia, adalah membangun kesadaran sekaligus melatihkan kecakapan sosial kepada pelajar agar mereka punya kapasitas menjaga kebinekaan.
"Kunjungan para pelajar ke dua tempat ibadah yang merupakan simbol umat Katholik dan Islam merupakan salah satu kegiatan jambore. Perjumpaan pelajar dengan pengelola Katedral dan Istiqlal menunjukkan pentingnya sikap keterbukaan dan mau belajar dalam meniti jembatan dialog", ujar Daraz.
Dialog para peserta Jambore Pelajar Se-Jawa 2015 yang kebetulan mayoritas Muslim dengan pengelola Katedral jelang Natal akan mengirimkan pesan kepada publik bahwa pengalaman bertemu langsung dengan orang berbeda agama sangat penting.
"Proses ini akan mampu meruntuhkan tembok prasangka bahkan kebencian. Kunjungan dan dialog pelajar dengan seorang romo dan imam masjid akan semakin memberikan pengalaman berharga, sangat berguna dalam merawat kebinekaan bangsa yang terus dibayangi intoleransi dan disintegrasi sosial", pungkas Fajar.