Konflik Jusuf Kalla dengan internal kabinet, kembali berlangsung setelah Presiden Joko menunjuk Rizal Ramli sebagai Menteri Kordinator Kemaritiman dan Sumber Daya pada 12 Agustus lalu.
Konflik itu dipicu oleh Rizal Ramli yang menyebut proyek pembangunan pembangkit listrik 35 ribu megawatt adalah proyek yang tidak masuk akal. Rizal Ramli pun menantang Jusuf Kalla secara terbuka, pada Selasa (18/8/2015), dengan mengatakan "Kalau mau paham, minta Pak Jusuf Kalla ketemu saya, kita diskusi di depan umum."
Pada rapat kabinet yang digelar di Istana Negara pada 19 Agustus lalu, Jusuf Kalla "menyemprot" Rizal Ramli, dan menyampaikan kepadanya soal bagaimana seorang menteri harus bersikap terhadap atasannya. Konflik tersebut pun berakhir.
Belakangan Jusuf Kalla kembali ditentang oleh Ketua Panitia Khsusu (Pansus) Pelindo II, Rieke Diah Pitaloka. Musababnya adalah rekomendasi pansus agar pemerintah mencopot Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno dan Dirut PT.Pelindo II, RJ. Lino.
Kepada wartawan pada 12 Desember lalu, Jusuf Kalla menanggapinya dengan menyebut "Ini kan di DPR itu suatu saran politik, saran politis pemerintah tentu selain mempertimbangkan politis juga mempertimbangkan aspek lainnya,"
Rieke yang merupakan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu pun berang dengan jawaban teraebut, dengan mengatakan "Pak JK, ini bukan saran politik. Tolong Setkab (Sekretaris Kabinet) dan Setneg (Sekretariat Negara) yang memberitahukan soal ini. Ini bukan saran politik."
Masinton Pasaribu yang juga merupakan kader PDIP, juga mengkritik Wakil Presiden, karena tidak menanggapi rekomendasi Panaus. Dalam diskusi yang digelar pada 20 Desember di Jakarta, Masinton menyebut "Epicentrum kegaduhan di wapres, titik kegaduhannya di wapres."
Masinton juga mengkritik Jusuf Kalla, karena keponakan Jusuf Kalla yang bernama Erwin Aksa, menemui bos Freeport James Moffet alias Jim Bob. Ia mengkritik hal tersebut, mengacu pada kasus "Papa Minta Saham" yang memaksa Setya Novanto lengser dari kursi Ketua DPR.
Dalam kasus tersebut, Setya Novanto bersama pengusaha Riza Chalid, diduga menemui bos Freeport Indonesia, Maroef Sjamsuddin, dan menawarkan jasa untuk memperpanjang kontrak. Pihak Freeport juga dimintai saham, sebagai imbalan, dan dalam proses tersebut, nama Presiden dan Wakil Presiden juga sempat dicatut.
Terkait pertemuan Erwin Aksa dan Jim Bob, Jusuf Kalla mengakuinya. Ia menilai tidak ada yang salah dalam pertemuan tersebut, mengingat keduanya adalah pengusaha yang hendak menjalin kerjasama.
Jusuf Kalla juga mengatakan, Masinton sudah ditegur oleh petinggi PDIP atas segala pernyataannya.