News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kontroversi Gafatar

Pimpinan Gafatar Ahmad Mushadeq Mengaku sebagai Juru Selamat kepada Bibit

Penulis: Abdul Qodir
Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mantan Komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Bibit Samad Rianto menuturkan kisah awal mula dirinya dulu bergabung dengan organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), di kantornya, di Wisma GKBI, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu (13/1/2016). Bibit Samad Rianto bergabung dengan Gafatar selama dua tahun sebagai dewan pembina.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Baju seragam Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) berwarna hitam-oranye, hingga kini masih tersimpan rapi di rumah Bibit Samad Rianto.

Majalah dan buletin Gafatar yang rutin diterima selama tiga tahun menjadi Ketua Dewan Pembina Gafatar, juga masih disimpannya.

Yang tak pernah dilupakan Bibit adalah momen saat bertemu dengan pimpinan tertinggi Gafatar yakni Ahmad Mushadeq.

Kepada Bibit, Mushadeq menyebut dirinya Messiah atau Juru Selamat. Mushadeq juga mengklaim mendapat wahyu dari Allah untuk disebarluaskan ke masyarakat.

Namun Mushadeq tak mewajibkan anggotanya salat lantaran belum menerima wahyu untuk melakukan salat.

"Dari DPP Gafatar dan Mushadeq sendiri, aku dengar bahwa Mushadeq itu seperti sedang menjalani tahapan seperti Nabi Muhammad SAW, yaitu dapat wangsit (wahyu)," tegas Bibit Samad Riyanto kepada Tribunnews saat ditemui di salah satu kantor di kawasan Jl Jend Sudirman, Jakarta, Rabu (13/1/2015).

Bibit menjelaskan, Mushadeq saat itu mengaku belum mendapatkan wahyu agar umatnya menjalankan salat seperti kebanyakan muslim lainnya.

"Belum mewajibkan salat, baru ada salat setelah ada perintah salat. Jadi, sekarang ada informasi kalau anggota Gafatar nggak perlu salat," lanjut Bibit yang menjabat Wakil Ketua KPK periode 2007-2011 itu.

Namun pertemuan dengan Mushadeq pada 3 Januari 2015 itu semakin memantapkan niat Bibit Samad untuk mundur dari keanggotaannya dalam organisasi Gafatar yang telah ia ikuti sejak 2012.

Ia melihat organisasi tersebut tidak sesuai dengan keyakinannya. Pada pertemuan pertama itu sekaligus menjadi akhir dari keikutsertaan Bibit di Gafatar. Mushadeq meluluskan surat permintaan Bibit untuk mundur.

Sejak 3 Januari itu, nama Bibit tidak ada lagi dalam daftar Dewan Pembina Gafatar.

"Surat pengunduran diri juga masih saya simpan," ujar Bibit.

Diajak Anak Muda
Kepada Tribunnews, Bibit dengan santai menjelaskan perihal keikutsertaannya di Gafatar. Diceritakan Bibit, setelah pensiun dari KPK pada Desember 2011, ia masih prihatin dengan maraknya korupsi di negeri ini.

Lalu pada 2012, Bibit mendirikan perkumpulan masyarakat, Gerakan Masyarakat Perangi Korupsi (GMPK).

Bayangan Bibit, organisasi itu harus ada cabang di seluruh kabupaten di Indonesia.

Oleh karena itu, Bibit merasa harus mencari massa atau mencari anggota untuk bergabung dengan organisasinya tersebut.

Januari 2012, Bibit yang hobi berenang, pagi itu sedang berenang di kolam renang yang tak jauh dari rumahnya.

Ketika itulah, ada seorang anak muda yang mendekatinya. Pemuda tersebut mengaku dirinya anggota organisasi Gafatar.

Anak muda tersebut belakangan diketahui Bibit adalah pesuruhnya Ketua Umum Gafatar.

Beberapa hari setelah pertemuan di kolam renang itu, Bibit diajak anak muda itu untuk dikenalkan dengan Ketua Umum Gafatar, yang bernama Maftul Muis Manurung.

Saat bertemu, Maftul Muis menjelaskan program Gafatar yang lebih banyak berkecimpung di kegiatan sosial.

"Dia (Maftul Muis) menunjukkan foto-fotonya, ada kerja bakti, membersihkan parit dan selokan bersama Kodim dan TNI, membantu korban bencana banjir, pengobatan gratis. Saya bilang bagus," terang Bibit.

Dewan Pembina
Tak lama setelah pertemuan itu, Bibit diundang Maftul untuk menjadi pembicara di seminar dan sarasehan yang digelar Gafatar.

Bibit biasanya berbicara tentang integritas, anti korupsi, nilai kebangsaan dan Pancasila.

"Setelah beberapa kali mengisi acara mereka, akhirnya mereka meminta saya bergabung menjadi Dewan Pembinanya," jelas Bibit.

Bibit pun bersedia.

"Saya bilang, Oke lah selama itu bermanfaat untuk bangsa ini saya bilang siap," kata Bibit.

Ketika itu, Bibit menduga Gafatar menempatkan dirinya menjadi Dewan Pembina agar organisasinya berkembang. Bibit pun juga berpikiran, jika ia butuh sesuatu terkait organisasinya, GMPK, maka Gafatar bisa diminta bantuan.

Selama tiga tahun bergabung Gafatar, Bibit mengaku hanya sebatas mengisi kegiatan seminar dan sarasehan.

Hitungan Bibit, setidaknya sudah 10 seminar atau sarasehan yang ia lakoni bersama Gafatar. Antara lain di Jakarta, Tangerang, Denpasar dan Makassar.

Menurut Bibit, setiap acara dihadiri ratusan anggota Gafatar yang berisi anak muda dan orangtua.

Mereka pun antusias mendengarkan materi Antikorupsi dari Bibit. Bahkan, setelah acara usai, mereka juga meminta Bibit foto bersama.

Bibit mengaku dirinya dilantik menjadi Ketua Dewan Pembina Gafatar usai menjadi pembicara dalam seminar di Denpasar Bali.

Ketika itu, hadir pula mantan Pjs Sekretaris Kabinet Bondan Gunawan yang juga didaulat menjadi pembicara. (abdul qodir)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini