TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - AKBP Untung Sangaji, polisi penembak mati pelaku teror kawasan gedung Sarinah, Jalan MH Thamrin, tidak tiba-tiba berada di lokasi saat kejadian pada Kamis (14/1/2015) sekira pukul 10.30 WIB.
Sebelum baku tembak dengan pelaku, rupanya saat itu Untung berada di sekitar lokasi karena tengah bertugas menjaga pengamanan jalur ring 1 kepresidenan dan mendampingi saudaranya, Bupati Seram Timur terpilih yang sedang menghadapi gugatan di Mahkamah Konstitusi (MK).
"Karena saudara saya ada kendala di jalur presiden, saya dampingi dia di MK. Setelah itu, saya kembali ke posisi saya. Karena orang-orang yang kami curigai bermain di daerah itu (kawasan MH Thamrin,-red)," kata Untung dalam Seminar dan Presentasi Khusus P2P LIPI bertajuk 'Bom Thamrin dan Database Bom' di Gedung LIPI, Jakarta, Jumat (22/1/2016).
Setelah menemani saudaranya, Untung kembali melakukan pengamanan jalur perlintasan presiden, Jalan MH Thamrin, tepatnya di seputar kawasan gedung Sarinah.
Semula, Untung bersama anak buahnya, Ipda Tamat dan atasannya, Kombes Urip Widodo, hendak minum kopi di gerai Starbucks Coffee. Namun, mereka akhirnya pindah ke kafe Walnut,-tak jauh dari lokasi ledakan, karena di gerai kopi tersebut tidak bisa merokok.
Tak sampai 10 menit minum kopi dan merokok di kafe tersebut, mereka mendengar dentuman ledakan keras. Lantas, Untung melaporkan ke atasannya dan menghubungi Kepala Densus 88 wilayah DKI Jakarta dan Banten tentang adanya ledakan diduga terorisme. "Atasan bilang, lakukan apa yang sebaik kami bisa lakukan sambil menunggu pasukan datang," kata Untung mengulang arahan atasannya.
Setelah mengamankan saudaranya yang bupati ke tempat aman, Untung dan ketiga rekannya mendekat ke titik ledakan, pos polisi depan gedung Sarinah. "Kami wajib mendekat demi nyawa orang. Saya amati lokasi, ada kawat. Paku di sekujur badan kanan hingga muka kanan. Saat itu, ada orang-orang pada selfie tidak menolong kami," ujarnya.
Tak lama kemudian, terdengar tiga letusan tembakan. Dan seorang pria yang sebelumnya selfie di sekitar lokasi langsung ambruk diduga terkena tembakan dari pelaku. "Lalu yang lain berlarian," ujarnya.
Untung dan anak buahnya, Tamat langsung mengeluarkan senjata apinya. Saat itu, senjata api milik Untung hanya terdapat sembilan peluru dan Tamat hanya mempunyai enam peluru.
Keduanya berupaya membidik pelaku penembakan yang berlari ke arah gerai Starbuck sehingga terjadi baku tembak.
Saat itu pula, sejumlah polisi dari satuan Objek Vital (obvit) yang berjaga di beberapa gedung sekitar lokasi berdatangan. "Saya dimarahi karena tidak pakai body vest. Karena saat itu saya hanya berpikir keselamatan banyak nyawa di situ," ujarnya.
Saat itu, seorang pelaku meledakkan bom di parkiran depan gerai Starbucks Coffee. Untung segera menembak mati pelaku tersebut.
Seorang pelaku lainnya juga berusaha melemparkan bom. Namun, Untung kembali lebih dulu menembak tangan dan kaki pelaku. Lantas, ia menembakkan sejumlah peluru ke beberapa titik tubuh pelaku hingga tak bergerak. "Ada lagi satu bomnya. Sebelum jatuh bomnya, saya tembak dia," ujarnya.