"Kami tidak pernah makan di restoran, menginap di rumah kepala desa atau rumah-rumah penduduk. Untuk urusan logistik, selain membawa beras dari Jakarta, Ibu Tien membekali sambal teri dan kering tempe. Benar-benar prihatin saat itu," tutur Try.
Meski pejalanan itu berusaha ditutup rapat, kedatangan presiden ke suatu desa akhirnya bocor juga hingga sampai ke telinga pejabat setempat.
Para pejabat daerah pun geger hingga memarahi Try Sutrsino karena merasa tidak diberi kesempatan untuk menyambut presiden.
Try tidak bisa berbuat banyak karena perjalanan ini adalah kemauan Soeharto.
Try yang kemudian hari menjadi Wakil Presiden ini pun melihat Soeharto terlihat begitu menikmati perjalanan keluar masuk desa.
Semua hal yang ditemui di lapangan dicatat Soeharto untuk jadi bahan dalam rapat kabinet.
Saking menikmatinya perjalanan itu, Soeharto tidak protes atau pun marah saat ajudannya salah mengambil jalan hingga akhirnya tersasar.
Padahal, Soeharto mengetahui betul seluk beluk wilayah itu.
Dalam ingatan Try, Soeharto ketika itu hanya tersenyum.
Perjalanan incognito itu pun berakhir di Istana Cipanas dengan kondisi semua lelah.
Try mengungkapkan, Soeharto mempersilakan para pembantunya untuk makan terlebih dulu daripada dirinya.