News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kontroversi Gafatar

Eks Gafatar ini Mengaku Tertarik Bergabung karena Konsep Bernegara

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Rachmat Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KRI Teluk Banten 516 yang membawa warga eks Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) merapat ke dermaga Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (27/1/2016). Sebanyak 712 warga eks Gafatar dipulangkan dari Pontianak ke Jakarta, untuk kemudian dikembalikan ke daerah masing-masing di Sumatra, Jawa Barat dan Banten. TRIBUNNEWS/HERUDIN

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Salah seorang pengikut organisasi Gafatar, sebut saja F. Kepada tribun, ia mengaku pertamakali masuk Gafatar saat berada di Riau, empat tahun lalu.

Menurutnya organisasi tersebut menjelaskan jika sebuah negara dikatakan baik jika memiliki kedaulatan pangan.

"Kami diberi penjelasan jika negara yang baik adalah ketika kebutuhan pangan pokok, protein dan sayurannya terpenuhi. Jadi kami bukan mau merebut atau menghancurkan negara tapi mau menunjukan bagaimana negara yang baik itu, seperti apa negara yang baik itu," paparnya.

F mengatakan, sejak tiga tahun lalu sudah banyak orang yang masuk Gafatar. Menurutnya ratusan orang yang bergabung tersebut sepakat dengan konsep yang ditawarkan.

"Banyak setuju dan sepakat, sehingga jumlahnya banyak yang ikut saat itu," katanya.

F mengaku baru enam bulan tinggal di Kalimantan. Ia dan 20 orang sesama pengikut lainnya memilih Kalimantan karena potensi pertaniannya yang bagus.

"Kita survei dahulu, dan ternyata banyak lahan yang bisa dimanfaatkan untuk pertanian," paparnya.

Begitu tiba di sana, menurutnya ia langsung mengontrak rumah, dengan tempat yang terpencar. Ia mengaku selama di sana tidak ada eksklusifitas.

Ia dan kelompoknya berbaur dengan masyarakat. Bahkan dalam bertani ia menyewa lahan kepada penduduk setempat dengan perjanjian yang sah dan legal.

"kita sistemnya sewa di sana, dan tanah garapan kita sudah 10 hektar lebih di sana," paparnya.

Dari 10 hektar tersebut, kebanyakan digunakan untuk bertani. Selama enam bulan, sudah lebih dari cukup hasil pertanian mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari hari.

"Cukup lah, kalau tidak cukup untuk apa kami bertahan, bahkan beberpa warga bisa menabung dan membeli kendaraan" katanya.

Namun hasil selama bertani di sana tersebut, menurutnya kini hilang begitu saja. Tanpa alasan yang jelas ia dipaksa pulang dan meninggalkan barang-barang berharga di Kalimantan.

Ia meminta kepada pemerintah untuk menjaga atau mengganti barang yang ditinggalkan tersebut.

"Kini ditinggalkan, saya dan warga kebanyakan hanya membawa tas yang berisi pakaian, tentu sedih dan kecewa," paparnya.

Kasubag Humas Kemensos Arief Saptawijaya akan mendata barang apa saja yang menjadi kekurangan dan ditinggalakan para eks anggota Gafatar yang sudah dipulangkan.

Nantinya pemerintah akan mencukupi kebutuhan mereka hingga pulih dan kembali beraktifitas di tengah masyarakat.

"Akan kita assesment, jadi kebutuhan-kebutuhan apa, yang memang dibutuhkan sama mereka," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini