TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- "Kami bukan Gafatar, kami hanya kelompok tani. Gafatar sudah bubar sejak Agustus tahun lalu" Itulah jawaban seragam yang disampaikan beberapa anggota eks Gafatar saat tiba di Dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (27/1/2016).
Dengan menumpang kapal milik TNI AL,sebanyak 712 eks anggota Gafatar yang tinggal di Kalimantan tiba di Jakarta.
Dengan kedatangan ini, sudah lebih dari 1000 eks anggota Gafatar yang tiba di Ibukota DKI Jakarta. Selain dari Jabodetabek, mereka berasal Jawa Barat, Jawa Tengah dan Riau.
Saat turun dari lambung kapal KRI Teluk Banten 516, mereka digiring menuju 15 bus yang telah terparkir di sisi dermaga. Dengan pengawalan TNI-Polri, mereka dibawa menuju safe house di kawasan Cibubur, Jakarta Timur.
F yang berasal dari Sumedang mengaku kepulangannya terjadi secara mendadak. Selasa (12/1) ketika sedang mencangkul di ladang, daerah Rasau Jaya, Kubu Raya Kalimantan, F diberitahu tetangganya untuk berkumpul di kantor kecamatan.
F yang tak tahu tujuan pemanggilan mengaku kaget. Terlebih sudah banyak orang yang berkumpul."Kaget begitu tiba sudah banyak orang dan aparat," kata F.
Oleh pejabat dan aparat setempat, F dan warga diberitahu bahwa mereka akan dipulangkan ke Jawa.
Mereka diminta mengemasi barang secepatnya dan langsung kembali berkumpul di kantor Kecamatan.
Pada hari yang sama juga, mereka diangkut kendaraan milik TNI menuju Pontianak, Kalimantan Barat.
F yang masih lajang tak terlalu bingung dengan bawaannya. Ia hanya membawa dua tas yang isinya sebagian besar pakaian. Lalu ke jalan dan naik kendaraan milik TNI.
Sesampai di Jakarta, F juga belum tahu apa yang sebenarnya terjadi dan alasan apa yang menyebabkan mereka harus dipulangkan ke Jawa.
Menurutnya, selama ini ia tidak pernah berbuat hal yang melanggar aturan selama berada di Rasau Jaya. "Saya tidak tahu apa yang terjadi, karena saya tidak melakukan pelanggaran apapun, saya hanya bertani di sana," katanya.
Selama di perjalanan dan tempat penampungan, F dan warga lainnya sudah bertanya ke aparat dan petugas. Namun tak pernah ada jawaban masuk akal yang diterimanya.
Kabar yang ia dapat hanya ada penyerangan ke mereka. "Kita hanya mendengar akan ada yang akan menyerang kami, tapi ketika kami minta dipertemukan untuk menanyakan alasannya, tidak dikasih," katanya.
F mengaku sampai hari ini ia dan warga lainnya adalah muslim. Ia juga menolak dianggap sesat.
Hanya saja saat ditanya apakah ada perintah untuk tidak menjalankan perintah agama, ia tidak menjawabnya.
"Saya muslim, tapi masalah menjalankan perintah agama atau tidak itu urusan masing-masing," paparnya.
Meski mengaku pernah masuk Gafatar, F juga menampik jika selama di Rasau Jaya mereka menjalankan organisasi tersebut dan menyebarkannya di Kalimantan.
Selama di Rasau, mereka hanya bertani bersama kelompok tani lainnya dari berbagai daerah.
"Buat saya Gafatar sudah bubar, sejak pertengahan 2015 sudah bubar, saya pernah masuk ke sana, tapi ketika di Kalimantan kami bukan Gafatar hanya kelompok tani," paparnya.