Sambil memeragakannya, Budiono mengaku hanya bisa menempelkan tangan ke bagian perut yang terasa panas.
Budiono yang selama hidupnya belum pernah tertembak, mengaku rasanya seperti ditempeli besi panas.
"Serasa ditempeli patri panas, namun tiba-tiba ada udara di punggung saya mungkin karena tembus ya," ungkapnya.
Budiono mengaku sambil menahan luka ia berjalan dengan terhuyung-huyung dan kemudian duduk di bawah pohon palem di depan Sarinah.
Kemudian ada orang mendekat dan memberitahukan jika ia tertembak.
Pada saat itu, ia hanya fokus menahan rasa sakit dan tidak lagi memperhatikan aksi tembak-tembakan polisi dan pelaku teror.
Tidak lama berselang Kapolres Jakarta Pusat, Kombes Pol Hendro Pandowo menghampiri dan membawanya ke dalam mobil dinas.
Ia dibawa menuju Rumah Sakit Budi Kemuliaan, Gambir.
Budiono mengaku ia masih sadar saat hendak menuju rumah sakit ibu dan anak tersebut.
Ia duduk di kursi tengah dipangku oleh kapolres yang ikut membantu menahan luka. Ia pun masih ingat ketika senjata revolver yang dipegangnya dititipkan di mobil Kapolres.
"Saya ingat saat itu Pak Kapolres meminta saya untuk membacakan istighfar," katanya.