TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nama Novel Baswedan sudah tidak asing di telinga masyarakat Indonesia.
Namanya mencuat saat terjadi ketegangan antara Polri dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Saat itu KPK sedang menangani kasus korupsi Simulator SIM di Korlantas Polri.
Dalam kasus tersebut nama Irjen Pol Djoko Susilo terseret, serta sejumlah nama lainnya di kepolisian.
Kemudian sejumlah anggota polisi saat itu dikerahkan untuk menangkap Novel Baswedan terkait kasus penganiayaan ketika ia bertugas sebagai polisi di Bengkulu.
Ketegangan antara KPK dan Polri semakin meruncing saat Novel pun enggan kembali ke institusi kepolisian dan memilih tetap menjadi penyidik di KPK.
Kasus penganiayaan terhadap pelaku pencurian sarang burung walet di Bengkulu tersebut yang terus mengejar keberadaan Novel di KPK.
Kasusnya yang sudah berada di tangan kejaksaan dan segera dilimpahkan ke pengadilan membuat nama Novel kembali ramai dibicarakan saat ini.
Bukan hanya itu, saat ini ada upaya untuk mendepak Novel dari KPK dengan memberikannya posisi di BUMN.
Siapa sebenarnya Novel Baswedan yang membuat petinggi negeri ini pun harus angkat bicara?
Penelusuran tribun, Novel Baswedan adalah cucu pendiri Republik ini, Abdurrahman Baswedan atau AR Baswedan, jurnalis, pejuang kemerdekaan RI, diplomat, dan juga sastrawan Indonesia.
Pada tahun 2004, terjadi kasus penembakan terhadap enam pencuri sarang burung walet di Bengkulu.
Kala itu Novel menjabat Kasatserse Polres Bengkulu.
Salah seorang diantara enam tersangka itu akhirnya tewas.