Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bakal Calon Ketua Umum Partai Golkar, Mahyudin menegaskan tidak takut bertarung dalam pemilihan Ketum Golkar periode 2016-2021 melalui Musyawarah Nasional (Munas) yang rencana digelar pada Mei atau Juni mendatang dengan cara politik uang atau money politics.
Sebab menurutnya banyak investor yang menawarkan kepada dirinya modal untuk bertarung memperebutkan kursi nomor satu di partai berlambang pohon beringin tersebut.
Namun, Wakil Ketua MPR ini menolak semua tawaran dari investor tersebut. Sebab, Mahyudin tidak ingin Golkar diperjualbelikan atau diperdagangkan kepada investor. Dalam artian, para investor nantinya apabila ia terpilih menjadi Ketua Golkar, maka dirinya dan partainya akan 'disetir' oleh para investor atau menuntut banyak hal kepada Golkar.
"Ajak main duit, saya bisa saja, banyak investor yang tawari saya, tapi nanti saya tergadai, Golkar diperdagangkan. Saya maju jadi Caketum Golkar jual idealisme," kata Mahyudin melalui keterangan tertulisnya, Kamis (10/3/2016).
Mahyudin juga mengaku bukan bakal calon Ketum Golkar yang terbaik dibandingan dengan kandidat bakal calon Ketum Golkar lainnya, seperti Ade Komarudin (Akom), Setya Novanto (Setnov), Idrus Marham, Aziz Syamsuddin, Priyo Budi Santoso, Airlangga Hartanto dan lainnya.
"Saya bukan orang terbaik, tapi berusaha jadi yang terbaik," ujarnya.
Mahyudin juga memaparkan hal-hal yang akan ia lakukan apabila terpilih menjadi Ketum Golkar periode mendatang. Pertama, melakukan rekonsiliasi secara total baik di pusat maupun daerah. Sebab, sebutnya, ia tidak pernah merasa bermasalah dengan semua Caketum, selalu berkomunikasi dengan semua.
"Jadi kalau saya menang, saya juga tidak ada masalah dengan mereka. Kalau saya menang jadi Ketum, saya akan merangkul mereka semua untuk bersama-sama membesarkan Golkar," ucapnya.
"Tapi kalau saya kalah, salah satunya jadi menang, saya juga akan mendukung sepenuhnya siapapun yang jadi Ketum. Jadi kita harus siap menang, siap kalah dan harus fair," katanya lagi.
Selain itu, lanjutnya, ia juga tidak memiliki pikiran untuk pindah partai, mendirikan partai baru apabila dirinya kalah dalam pemilihan Ketum Golkar tersebut. Baginya, membangkitkan Golkar dari keterpurukan yang dialami lebih dari satu tahun belakangan ini akibat dualisme kepengurusan, menjadi harga mati yang ditanamkan dalam setiap kader Golkar.
"Sehingga saya berpikir ada jabatan atau tidak ada jabatan, itu bukan lah sesuatu yang penting bagi saya. Tapi saya merasa sudah besar di partai ini, dan memang saatnya mengabdikan, membaktikan diri kepada partai ini," tuturnya.
Kedua, Mahyudin mempersiapkan segala hal untuk pemenangan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2017, dimana akan dibentuk Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) secara permanen untuk menggaet para Calon Kepala Daerah. Sehingga, penetapan calon kepala daerah Golkar melihat dan memproritaskan kepada kepentingan kader.
"Jadi tidak didagang-dagangkan, saya tidak mau partai didagang-dagangkan. Saya dengar kalau orang lain, calon, duit sekian-sekian, ini partai semakin hari semakin rusak. Masyarakat melihat, itu yang partai kita ini tidak pernah berubah, kelakuan begitu-begitu saja. Nah ini yang harus kita antisipasi," ujarnya.
Mahyudin juga berharap, Golkar terus berjaya sampai kapan pun. Sebab, dirinya tidak ingin Golkar berakhir pada saat ini. Melainkan, ia ingin Golkar terus ada dan tidak menjadi pecundang partai-partai lain.
"Setia pada UUD dan pancasila, itu cita-cita Golkar didirikan," tegasnya.