TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Tak ada yang meragukan kapasitas dan pengalaman Irjen Tito Karnavian ketika dirotasi menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Rekam jejak Tito di dunia anti teror sudah puluhan tahun sejak berkarir di kepolisian. Tito hafal di luar kepala peta jejaring terorisme di Indonesia.
"Pendekatannya selama ini dalam pemberantasan teroris di tanah air khas, yakni tegas tapi tetap ramah. Pak Tito selama ini pendekatannya tegas namun tetap ramah. Ini harus dipertahankan saat memimpin BNPT nanti. Harapannya, Tito mempunyai strategi baru yang merubah BNPT lebih baik," kata Ridlwan Habib, peneliti Terorisme Universitas Indonesia.
Tinggalkan cara cara kekerasan, jangan ada salah tembak, salah tangkap, dan interogasi dengan kekerasan pada tersangka teroris, buat BNPT lebih humanis. Silaturahim dengan tokoh tokoh agama perlu lebih intensif dan menjangkau kalangan yang lebih luas.
"Jangan hanya merangkul satu kelompok saja, pendekatan juga harus dilakukan pada gerakan gerakan yang selama ini menganggap BNPT sebagai musuh. Pak Tito juga bisa melakukan perombakan personel di BNPT yang selama ini dicap sebagai musuh umat Islam," ujarnya.
Menurutnya, Tito bisa memilih deputi deputi yang memahami psikologi massa. Jangan sampai BNPT dibenci hanya karena satu atau dua orang oknumnya yang dianggap arogan. Kasus kasus seperti kematian Siyono di Klaten setelah ditangkap Densus 88 jangan sampai terulang.
BNPT harus punya power yang lebih kuat di era Tito. Pengendalian pasukan anti teror ambil alih dari Densus supaya lebih tertata dan koordinasinya lebih baik.