TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bakal calon Ketua Umum Golkar, Indra Bambang Utoyo menilai kondisi pencalonan menjadi calon anggota legislatif saat ini dengan dahulu jauh berbeda.
Menurutnya, pada zaman orde baru, di partainya Golkar untuk menjadi Caleg ada sistem karakter dimana sumber kepemimpinan dari ABRI dan juga birokrat itu sendiri.
"Setelah reformasi sistem itu mulai terlupakan. Ini harus disadari partai politik semua," kata Indra dalam diskusi bertema 'Manajemen Parpol Modern dalam Menjamin Percepatan Kesejahteraan Masyarakat berdasarkan Pancasila dan UUD 1945' di Jakarta, Selasa (5/4/2016).
Menurutnya, sekarang seorang calon legislatif harus keluar uang banyak terlebih dahulu dan calon tersebut berupaya mengembalikan modalnya jika terpilih nantinya.
Ia menilai hal tersebut yang merontokkan sistem berdemokrasi.
"Seorang calon Bupati, Gubernur yang sudah dapat 'uang' dari temannya juga harus timbal balik. Ini nggak sehat dan terus berkembang. Ini nggak bagus akibatnya di masyarakat," tuturnya.
Masih kata Indra, adanya timbal balik 'modal' dalam pencalonan baik legislatif maupun eksekutif disebabkan tidak adanya dana partai.
Dikatakannya, politik uang dalam parpol masih akan terus berjalan kalau keadaan tersebut tidak bisa dibenahi.
"Sistem rekruitmen harusnya dijadikan parpol alat penyaring pemimpin. Kalau partai masih begini bagaimana kita mengharapkan adanya rekruitmen yang bagus untuk calon pemimpin," ujarnya.
"Saya juga mau jadi Ketua Umum Golkar, tapi susah karena terjadi perubahan kultur karena harus punya uang banyak. Jadi nggak cukup kualitas kalau tidak punya uang," katanya lagi.
Indra pun menghendaki adanya parpol modern dengan pembenahan kaderisasi internal dan mengenai pendanaan.