TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Proyek reklamasi Teluk Jakarta menuai pro-kontra.
Sebelumnya, kalangan nelayan melakukan penolakan lewat aksi menyegel pulau reklamasi.
Bahkan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan, saat ini sudah ada indikasi awal bahwa proyek reklamasi Teluk Jakarta merusak lingkungan.
"Indikasi awalnya sudah ada, seperti hilangnya air bersih gimana, sedimentasi gimana, obyek vital di situ terganggu atau tidak," kata Siti saat rapat dengan Komisi IV DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (18/4/2016).
Namun Pakar Teknologi Lingkungan Firdaus Ali justru menyatakan dukungan terhadap reklamasi.
"Bila dibilang reklamasi itu menyebabkan bajir, maka saya sebagai pakar orang netral, (menyatakan) itu tak benar," kata Firdaus Ali dalam wawancara di Studio Kompas TV, Selasa (19/4/2016).
Menurut Firdaus, posisi pulau reklamasi posisi sudah ditentukan menyesuaikan pola aliran dari alur 13 sungai di Jakarta.
Begitu pula dengan jarak antara pulau reklamasi dari bibir pantai di utara Jakarta.
"Sering opini yang beredar diluncurkan tidak berbasis pengetahuan," ujarnya.
(Baca juga: Ahok: Saya Orang Geologi, Reklamasi Sudah Keniscayaan)
Lantas bagaimana dengan pandangan bahwa reklamasi merusak ekosistem ?
"Tanpa direklamasi ekosistem sudah rusak. Namun dengan adanya reklamasi ada kewajiban untuk merestorasi," katanya.
Menurut Firdaus Ali, Jakarta yang kian padat butuh ruang baru.
"Kita butuh ruang baru, reklamasi ini kebutuhan," kata Firdaus Ali.