ASMINADAR (58) duduk di kursi plastik di depan rumahnya, Jalan Lorong 100 nomor 83, Koja, Jakarta Utara.
Matanya menerawang memerhatikan pekerja bangunan di depannya. Bagian dapur rumah dua lantainya sedang direnovasi.
Perempuan tersebut merupakan ibu dari Sembara Oktafian (28), kru kapal tunda TB Henry yang diserang kelompok Abu Sayyaf di perairan perbatasan Filipina dan Malaysia, Jumat (15/4/2016) lalu.
Meski anaknya tersebut sudah dipastikan selamat dan dalam perjalanan pulang ke Indonesia, ibu tujuh anak tersebut masih waswas sampai sang anak tiba di rumah.
"Saya masih menunggunya pulang, belum ada kabar kapan dia pulang," ujarnya saat ditemui di kediamannya, Jumat (22/4/2016).
Komunikasi terakhir dengan anaknya terjadi satu hari setelah penyerangan. Polisi Malaysia menelepon, memberi kabar Sembara Oktafian dalam kondisi sehat dan aman.
"Setelah menanyakan apakah saya adalah keluarga dari Bara, polisi Malaysia menanyakan apakah saya mau berbicara langsung dengan Bara atau tidak," katanya.
Polisi Malaysia pun akhirnya memberikan telepon kepada Bara. Lewat sambungan telepon, Bara memberitahukan kondisinya. Ia hanya menceritakan sepintas kejadian yang menimpanya.
"Mungkin takut saya panik atau khawatir. Jadi saat ditelepon, saya tanyakan apakah ada luka tembak, ia hanya bilang kondisinya sehat. Dia bilang, Ma doain Bara selamat. Sekarang ada di Malaysia sama polisi," katanya.
Asminadar mengatakan anaknya tidak ikut diculik kelompok Abu Sayyaf, karena saat peristiwa terjadi sedang berada di ruang mesin.
Bara yang baru bekerja di PT Global 14 bulan tersebut berprofesi sebagai juru mesin.
Saat itu Bara dan lima kru kapal lainnya tidak menyadari adanya pembajakan. Hanya terdengar keributan di atas kapal.
Bara dan kru lainnya baru menyadari adanya orang lain menaiki kapalnya setelah terdengar bunyi tembakan.
Belakangan diketahui yang menaiki kapalnya tersebut adalah kelompok Abu Sayyaf.
"Setelah terdengar bunyi tembakan sebanyak dua kali, anak saya kemudian mengunci pintu mesin," katanya.